Saya membuat Blog ini dengan tujuan untuk meletakkan hasil karya saya ke pada publik agar bisa bermanfaat bagi yang membacanya

Kamis, 27 Juni 2013

Sekolah Berhantu (Part 3)








Sekolah Berhantu





Mendadak tenggorokanku terasa kaku dan lidahku terasa kelu.Aku mencoba menelan ludah. Entah kenapa kalimat yang di ucapkan pak naga itu bagiku seperti sebuah ancaman
            “Ke… kenapa pak? Tanya ku
            “tahun lalu juga ada seorang anak sepertimu, bisa melihat hal gaib” pak naga terdiam sesaat. “Tapi dia tak lama bertahan”
            “Maksud bapak dia keluar dari sekoalh ini?” tanyaku bingung
            “bukan! Karena ikut campur urausan gaib, anak itu…” pak Naga meletakkan telunjukkanya di lehernya dan megerakkan membentuk sebuah garis lurus horizontal.
            “Kekkkk!! MATI” sambungnya sambil melototiku
            Terhenyak aku mendengar perkaaan dan melihat sikap pak Naga.
            “Berani ikut campur nyawamu yang menjaditaruhanya” lanjut pak Naga lagi.Tatapan matanya tajam semakin erhenyak aku mendengar perkataan pak naga terbelalak lebar menatapnya.
***
            Setelah kau mendengar pernyataan dari Pak Naga, aku yang tak boleh mencampuri urusan gaib di sekolah ini, aku merasa takut.Semuanya masih terlintas di benakku.
            Aku kembali ke kelas dengan hati yang gak karuan.
            “dimana Bolu?” tanya ku dalam hati ketika sampai di kelas dan duduk di sampingku. Sejak kejadianmarni tadi Bolu tiba-tiba menghilang.
            “Gas, dari mana kamu?” tanya temanku yang tak lain yaitu Gilang
            “oh, tadi habis dari ruang guru nemuin pak Naga” kata ku lalu mengambil buku dari tasku
            “oh, kamu udah tau, kalau Bu Winda tadi pingsan di toilet?” tanyanya pada ku, aku langsung kaget seketika mendengar pernyataan tersebut.
            “kok bisa” saut ku. Lalu dia menjelaskan semuanya.
            “iya, tadi Chelsea anak kelas sebelah menemui bu Winda sedang pingsan dan pendarahan” katanya lalu kembali ke bangkunya. Aku makin terbelalak mendengar pernyataan tersebut.
            “aku terlambat” ucapku dalam hati, pikiran ku masih tertuju dengan Bolu, Bu Winda, Hantu Jelek itu yang tak lain yaitu marni hantu penasaran tersebut, Hantu lengan bunting, murid yang setahun lalu mati gara-gara mencampuri urusan gaib disini dan yang paling membuat ku penasaran yaitu tentang pak Naga yang melarangku untuk mencampuri urusan Gaib di sekolah ini.
            Setelah beberapa menit di tunggu akhirnya Bel pulang pun terdengar di telinga ku.
            “Alhamdulillah..” kata ku sembari memberesakan buku yang ada di mejaku ke dalam tas ku.
            “Bagas, mau pulang baren kita?” tanya seseorang menepuk pundak ku
            “Eh Josia, gak ah Jos, mau ke perpustakaan dulu” kata ku, aku ingin pergi ke Perpustakaan ingin menyelidiki tentang marni hantu di yang tadi menganggu Bu Winda
            “Gas kalau hari pertama kaya gini, perpustakaan belum buka, mungkin dua atau tiga hari lagi” ucap Gilang, dan aku hanya mengangguk-angguk.
            “iya, kalau kamu pengen ke sana ya, terserah letak pepusatakaannya ada di lantai dua” kata Josia, sambil berpamitan dengan ku untuk pulang duluan dan di susul Gilang.
            Melihat ternyata Kak Adit masih lama, kesempatan ku untuk berjalan-jalan di lorong sekolahan ini, aku mencoba pergi ke perpustakaan.
            “Hei Gas” aku menoleh ternyata benar yang memanggil ku tadi ternyata seperti yang ku duga yaitu Bolu
            “ngapain kesini? Perpustakaannya lagi tutup kalau hari pertama kaya gini” katanya sambil terbang di atas kepalaku.
            “Hai Bocun” panggil seseorang aku dan Bolu lalu menoleh kea rah suber suara tersebut.
            “Siapa itu Lu?” kata ku sambil penasaram
            “itu leluhur disini, hantu-hantu disini panggil dia eyang” kata Bolu sambil terbang ke arah nenek tua yang jalannya membungkuk
            “Eyang, Aku ini Bolu, bukan Bocun, aku ini gak culun” kata bolu sambil memanyun kan bibirnya
            “iya benar kamu lucu tapi banyak culunya ya” kata Nenek tersebut sambil ketawa cekikikan. Aku hanya bingung dengan yang mereka bicarakan.
            Lalu selang beberapa detik nenek tersebut mulai melihat ku dengan tatapan dinginnya.
            “mau apa kamu kesini cucu?” tanya nenek tersebut padaku, aku bingung mau menjawab apa, aku hanya bisa terdiam. Sehingal Bolu yang menawabnya
            “Bagas aja di panggil Cucu, aku dipanggil Culun” kata Bolu sambil cemberut dan itu membuatku ngakak.
            “iya kan sama-sama ada kata cu nya, apa mau kamu eyang panggil cucian atau curang ajar” kata nenek tersebut sambil ketawa cekikikan sejenak membuat bulu kuudkku merinding.
            “udah lah yang, ledekin aku terus nih” kata Bolu lalu terbang di sampingku” tak kusangka ada seorang yang memanggilku dari belakang aku pun menolehnya.
            Tiba-tiba benar ternyata ada seorang gadis mendekati ku.
            “kamu lagi ngapain disini?” tanyanya padaku
            “hoh iya nama ku Cindai, yang duduk di sebrang bangkumu” lanjutnya lagi ternyata ini cewek yang tadi pagi aku puji cantik itu tadi.
            “nagapain dia kesini” ucapku di dalam hati masih bingung dengan keadiran Cindai tersebut
            “aku ngikutin kamu, aku penasaran sama kamu” katanya, sonta membuat aku terkejut, ternyata dia bisa membaca pikiran ku.
            “ka..kamu..” kata ku sambil terbatah-batah saking kagetnya.
            “iya aku bisa baca pikiran mu, aku juga tau kok kalau kamu bisa melihat hantu” katanya lagi yang membuat ku tambah kaget.
            “kamu tadi bicara sama siapa?” tanya Cindai, sontak membuat ku menoleh kea rah Bolu dan Nenek tersebut, ternyata mereka sudah tidak ada.
            “udah jangan bingung gitu” katanya lalu duduk di bangku dekat perpustakaan
            “kamu juga bisa melihat hantu?” kataku menyelidiki, dia hanya menggeleng
            “aku gak bisa melihat hantu sehebat kamu, aku hanya bisa melihat dengan mata batinku” katanya yang membuat tercenegang
            “iya, aku tau kok, kalau di bawah pohon besar itu ada anak perempuan sedang membaca buku” katanya sambil menutup matanya. Sontak membuat aku menoleh kea rah pohon besar, ternyata benar ada hantu perempuan yang sedang menunduk membaca buku.
            “iya benar, kamu benar” kata ku kagum
            “udah jangan kaget gitu, kamu penasaran ya sama sekolahan ini?” tanya nya, aku hanya mengangguk
            “aku juga sudah lama penasaran dengan sekolahan ini mulai dari aku sekolah disini” katanya. Belum sempat aku bertanya dia sudah mengetahui apa ynag aku ingin bicarakan
            “iya memang sekolahn ini berhantu” katanya,lagi-lagi dai hanya bisa membuat aku tercengang.
            “karena sekolahan ini dulu bekas tempat pembantian masal” katanya.
            “jadi kamu tahu semuanya tentang sekolahan ini?” tanya ku kepadanya selang beberapa detik terdengan suara dari belakang memanggilku sepertinya suara kak adit, aku membalikan badan ke kea rahk adit untuk tunggu sebentar. Saat aku ingin berpamitan dengan cindai ternyata dia sudah tidak ada di hadapanku, sungguh membuat aku kaget bukan kepayang.
            “kemana larinya cewek tersebut?” tanya ku dalam batin lalu berjalan mendekati kakakku.
***
 

Sekolah Berhantu (Part 2)

 Sekolah Berhantu




“Kamu kenapa?” terdengar suara guruku menegurku saat aku melompat kaget itu.Seluruh mata seisi kelas tertuju padaku saat ini.Aku tahu teman-temanku tak bisa mendengarnya, namun bagiku suara itu dingin dan mendirikan bulu roma ku.
            “kamu bisa melihat ku?” “apa yang kamu lihat?” hantu wanita itu berdesis pelan di telinga ku
            saat itu guru ku telah berbicara dengan suara dinginnya menjelaskan peraturan dalam seahun kedepan.
            “kenapa kamu menumpanginya?” tanya ku kepada hantu wanita itu
            “DIAM..!! itu bukan urusan mu!!” bentaknya. Terhenyak aku sesaat mendengarnya.Matanya dengan melototi ku, aku yang di pandangnya hanya bisa tertunduk.
            “Namanya marni” aku mendengar suara Bolu
            “Dia mati penasaran di sekolah ini” katanya lagi yang membuatku tambah negri mendengar pernyataan tersebut.
            “ooow” kataku sambil mengangguk-angguk, tak kusangka gu guru tersebut lalu melihatku dengan tatapan yang aneh.
            “kenapa kamu liatin sayan seperti itu?” tanyanya pada ku
            “gak papa kok bu winda” kata ku, tak mungkin kan aku berbicara jujur padanya.
            “iya udah jangan berulah lagi” ucapnya lalu kembali mengajar, sedangkan hantu wanita itu masih tetap melihatku dengan tatapan memangsa
            “lu, kenapa dia di badanya bu dina?” tanya ku pada bolu dalam hati
            “soalnya bu dina lagi halangan, dan di membuangnya dengan sembarangan, sedangkan marni suka banget darah kotor, jadinya dia mengikutinya” jelas Bolu sambil meledek hantu wanita tersebut
            “kelihatannya wanita itu tak berani dengan mu” tanya ku kepada bolu yang masih mengejek hantu wanita tersebut
            “iya jelas saja, soalnya aku tau kelemahan wanita itu” katanya
            “emangnya apa?” jawab ku masih tetap tak mau melihat wanita tersebut
            “dia takut sama kencing” katanya.
            “kencing dia kan juga kencing kenapa takut sama kencing?” jawabku sambil mengerutkan keningku
            “iya dia takut kencing orang laki-laki” jawabnya, aku hanya mengangguk-angguk tanda menegrti, aku melihat ke arah guru ku.
            Aku belajar tak kosen saat itu, pikiran ku terbayang tentang marni sialan itu, hantu jelek yang saat ini masih menatapku dengan mata apinya.
            “Gas… jangan lupa, kurang 45 menit lagi, jangan sampai kamu terlambat” ucap bolu, saat aku menoleh ke arahnya suda tak ada lagi, aku melihat sekeliling Cuma ada suaranya yang menyuruhku untu bertindak cepat sebelum terlambat.
            “10 menit……”
            “15 menit……”
            “35 menit……”
            Aku masih tetap tak memperhatikan guru ku, memandang guruku saja aku tak berani, saat menit ke 40 aku mencoba melihat guruku, ternyata hantu wanita itu sudah tidak ada di tubuh guruku, sungguh sangat bahagia ketika melihat iu semua. Tak lama bel tanda istirahat pun berbunyi.
            “halo” terdengar sebuah suara memanggilku saat aku sedang membereskan buku-buku ku asung kedalam tasku. Aku mengangkat wajahku melihat siapa yang memangnggilku itu.Ternyata dua orang teman baru.
            “halo.” Aku menjawab sapaan mereka.
            “maaf ya” kata ku lagi sambil menutup tas ku
            “namaku Bagas, Bagas Rahman Dwi Saputra” kata ku sambil memperkenalkan diri
            “kami sudah tau” kata teman dari mereka. “aku Gilang”
            “aku Josia” sahut seorang lagi. “kamu pindahan dari mana?” tanyanya padaku
            Tak ku sadari aku mendapatkan teman baru di hari pertamaku aku bersekolah, rasanya sangat menyenangkan sekali. Hanya sebentar aku sudah akrab dengan mereka
            “kita makan yuk, laper nih” kata Gilang. Josia mrngangguk
            “Yuk Gas, kita makan” ajaknya padaku.Aku pun mengiyakan aakan mereka, lagian aku suja lagi kepalaparan setelah keringatku bercucuran ketika memikirkan hantu wanita jelek itu.
            Saat Aku dan kedua temannku berjalan ke kantin melewati koridor sekolah, banyak ku lihat penampakan-penampakan aneh, mulai dari kakek-kakek bungkuk yang tersenyum padaku,ada juga anak kecil yang memukul kepalaku dari atas. Memang hal yang menyebalkan.
***
@Kelas
            Setelah aku dan kedua teman yang lainnya selseai dari kantin, kita langsung balik ke kelas, tak lam guru bahasa Indonesia ku berjalan ke arah mejanya, aku berharap tak terjadi seperti tadi pagi.
            Saat pelajaran tiba, aku sednag asyik-asyiknya menyalin tulisan pak Naga guru bahasa Indonesiku itu, terjadi hal yang aneh, ada sosok makhluk hitam datang mendekatiku dan menyuruhku untuk memasangkan tangannya menyatu kebadannya ku lihat tangannya penuh dengan darah dan berantakan, ngeri banget aku melihatnya.
            “aku gak mau, pasang aja sendiri” jawabku, kelihatannya di mulai marah dengan ku di lempari tangannya ke arahku, dengan reflek aku pun menghindarinya dengan menjerit. Sehingga semua siswa melihat ke arahku dengan tatapan yang aneh.
            “sini, ikut bapak sebentar” ajak guru bahasa Indonesia ku, aku pun mengikutinya keluar
            Aku sungguh kaget ketika guru bahasa Indonesia ku mengetahui kelebihanku ini, aku hanya terdiam ketika guruku menanyakan hal tersebut padaku.
            “ya sudah nanti jam istirahat ke dua ikut bapak ke runag guru ya, kita bicara lagi disana” ucapnya, aku hanya menangguk mengerti.
            Setelah menunggu 30 menit, istirahat pun akhirnya datang juga, Gilang dan Josia mengajakku untuk ke ruang guru, dia menyuruhku masuk ke dalam lab.Bahasa, saat aku memasuki ruang tersebut ternyata banyak juga hantu-hantu berkeliaran disana.Aku pura-pura saja tidak mengetahu hal ersebut.
            “Duduk” pak Naga menyuruhku untuk duduk di salah satu bangku yang ada disana, dan lalu beliau juga ikut duduk berhadapan dengan ku.
            Pak Naga berdehem sejenak sebelum melanjutkan “ Begini, Bagas. Namamu Bagas kan?”
            Aku mengangguk. “Iya, Pak”
            “menyambung perkataan saya tadi,” matanya mempelajari mataku dengan seksama.
            “apa benar kamu bisa melihat alam gaib?” tanyanya padaku.
            Aku hanya terdiam tak menjawab pertanyaan pak naga.
            “Kamu tak bisa bohongi saya” kata pak Naga, aku masi terdiam. “pergerakan matamu tak wajar itulah tandanya kalau kamu bisa melihat alam gaib”
            “aduh.. ketaun deh” kataku dalam hati.
            “sepertinya pak budi bukan orang sembarangan” kataku lagi.
            “sedari tadi di kelas saya di kelastahu kalau kamu tidak memperhatikan pelajaran saya” sambung pak Naga lagi.
            “semula ingin saya tegur. Tapi saat saya melihat meliaht pergerakan bola maamu akhirnya saya mengetahui jawabnnya”
            Kembali mata Pak Naga menatapku tajam “benarkan yang saya katakana itu?”
            Aku tak bisa menghindar.Rahasiaku sudah ketahuan. Aku pun akhirnya mengangguk mengiyakan
            “I…Iya, Pak……” aku mengiyakan
            “sudah saya duga” kedua mata Pak Naga menyalang lebar. “ apa saja yang kamu lihat?”
            Aku pun menceritakan, mulai dari Bolu, lalu marni, beberapa penampakan lainnya yang ku lihat dari aku masuk hingga aku du serang makhluk yang berbadan hitam tak bertangan tadi
            “berate cukup banyak yang kamu ketahui tentang sekolah ini” kata Pak Naga lagi
            Otakku berputar mencoba mencari pertanyaan yang sekitar bisa kupakain untuk mencari informasi tentang marni atau pun hatntu lengan bunting di kelas itu. Namun sebelum aku berbicara pak Naga sudah berbicara terlebih dahulu
            “Kalau tidak salah kamu anak baru itu ya?” tanya Pak Naga
            Aku kembali mengangguk “iya pak”
            “hemm, dengar ya” mendadak aku melihat raut wajah pak naga yang tadinya santai berbah menjadi seruis.
            “Saya minta kamu jangan mencampuri urusan di sekolah ini, khususnya yang berhubungan dengan dunia gaib” pak naga memplototiku
            Mendadak tenggorokanku terasa kaku dan lidahku terasa kelu.Aku mencoba menelan ludah. Entah kenapa kalimat yang di ucapkan pak naga itu bagiku seperti sebuah ancaman
            “Ke… kenapa pak? Tanya ku
            “tahun lalu juga ada seorang anak sepertimu, bisa melihat hal gaib” pak naga terdiam sesaat. “Tapi dia tak lama bertahan”
            “Maksud bapak dia keluar dari sekoalh ini?” tanyaku bingung
            “bukan! Karena ikut campur urausan gaib, anak itu…” pak Naga meletakkan telunjukkanya di lehernya dan megerakkan membentuk sebuah garis lurus horizontal.
            “Kekkkk!! MATI” sambungnya sambil melototiku
            Terhenyak aku mendengar perkaaan dan melihat sikap pak Naga.


@anitaasrahayu

Sekolah Berhantu (Part 1)



Sekolah Berhantu


Ku dengar suara itu memanggil namaku.Suyup dan terdengar menghilang di terpa angina.Aku tak memperdulikannya.Ku teruskan langkahku.Suara itu terdengar kembali.Kali ini lebih jelas, lebih nyata lebih membahana.Aku pun berhenti, bermaksud mendengar lebih jelas lagi. Namun suara itu menjauh hilang ……
Namaku Bagas. Aku baru saja di pindahkan ke sebuah sekolah di daerah Jakarta.Setelah kepergian papa setelah sakit kangker, aku, mama, dan kakaku harus mengungsi saudara di kawasan Jakarta. Mama yang usainya sudah kepala 2 ini hanyalah seorang wanita yang bekerjasebagai seorang pegawai administrasi di sebuah kantor di Jakarta. Gaji yang di perolehnya tidaklah cukup untuk mencukupi kebutuhan hidup kami bertiga. Oleh karennanyaatas usul dari paman yang adalah adik mama, kami bertiga pindah dan tinggal bersama keluarga besarnyadi sebuah rumah yang tergolong cukup besar di perumahan kota Jakarta.
Dengan menumpang nama pamanku yang bekerja sebagaiseorang guru SMP di sekolah tempat ku menuntut ilmu sekarangaku dan kakak ku mendapatkan keringanna pembayaran uang sekolah. Praktis, biaya hidup yang harus di tangung mama ku berkurang lebih ringan.
Dan usiaku yang menginjak usia 12 tahun. Aku sudah di beri takdir ibdra ke enam: mampu melihat dan berkomunkasi dengan makhluk-makhluk halus. Bagi sebagian orang. Kelebihan u adalah anugrah, namaun bagi ku tidak lain adalh sebuah kutukan.
Bagaiman tidak di usiaku yang sangat belia, aku diharuskan melihat sesuatu yang orang lain tidak bisa melihatnya. Terlebih aku sering dibayangi ketakutan akan wajah-wajah dan bentuk makhluk-makhluk halus tersebut yang jelas-jelas aadalah berantakan, bahkan sangat berantakan.
Tak terhitung entah berapa banyak penampakan yang kulihat selama aku mendapatkan kelebihan ini, kelebihan yang datang secara tidak sengaja sejak kematian kakek yang sangat menyayangiku.Orang tuaku bilang kakek menurukna klebihannya kepadaku selang 3 bulan setelah kakek meninggal.Papaku pun di ajaknya.
Pagi ini hari pertama aku dan kakaku mesuk ke sekolah baru.Aku kelas 1 SMP dan kakakku Aditya kelas 3 SMP.Kami berdua ikut dengan mobil paman menuju ke sekolahan.
“Akan saya antar ke kelas kalian masing-masing” begitu pamanku berkata ketika kamu melintasi lorong yang menghunbungkan gerbang dengan bagian depan sekolah.
Waktu di jam dinidng tiang sekolah yang menjulang tinggi ke angkasa saat itu adalah pukul 06:20 pagi. Suasana disan terdengar hiruk pikuk oleh murid-murid yang datang ke sekolah sama dengan ku. Berjalan kami menaiki tangga menuju lantai dua yan adalah untuk tingkat SMP. Ketika aku sedang berjalan bersama dengan paman dan kakakku sebuah bayangan berkelinbat di depan ku. Aku tak berniat melihatnya namun bayangan tersebut tak mau pergi dari hadapannku. Malah berputar-putra di depan wajahku. Hanya sekelebatan namun tak jelas dilihat oleh mata.Aku mulai kesal dengan bayangan itu mengikutiku, bahkan ketika kami sampaidi sebuah hall besar.
“Menganggu sekali, apa ini?” Begitu batinku
“heh, kau bisa melihatku kan? Aku sudah tau kalau kau bisa melihatku.”Terdengar sebuah suara yang hanya bisa terdengar oleh ku.Suara seorang laki-laki kecil. Ku lihat paman sedang berbicara denga kakakku, berate mereka tidak tahu kalau aku sedang berbicara atau tepatnya di ajak bicara oleh bayangan yang emlayang di hadapanku.
“Kamu siapa?” tanyaku kepada bayangan itu.Yentunya dalam hati.Berbicara dengan makhluk halus tidak di lakukan dengan mulut tidak seperti dengan manusa yang masih hidup, namun cukup dengan batin dari dalam hati, mereka sudah berkomunikas denngan mereka.
“hehehe” bayangan itu malah tetawa. Bayangan bayangan yang ada di wajhku mendadak sirna berganti dengan sebuah kumpulan asap kecil dari sela0sela asap keluarlah sebuah kepala kecul dengans ehelai rambut di kepalnnya namaun selebihnya tak berambut alis botak
Aku tak dapat menahan ketawaku melihat kemunculan wajahnya.Bukan rambut itu saja yang membutanya mejadi licu, tap lebih di karnakan wajahnya memang lonjong dan sudah lucu.
“Bagas, kamu kenapa nak, kenapa kok ketawa?” tahu-tahu pamanku yan berjalamn di sampingku menoleh menatapku dengan bingung.
“kenapa kamu tiba-tiba tertawa sendiri?” kak adit juga menghentikan langkahnya dan melihat ke arahku. Kakak ku ini belum tahu kelebihanku hanya almarhum papaku yang mengetahuinya.
“oh tidak apa-apa kok om” jawabku. Ku tunjuk aja sembarang anak yang berlari di sekitar sana.
“lucu liat dia di ledek teman-temannya”ucapku asal-asallan
“Bagas mengigau lagi tuh Om” kata kak adit.Dia sudah berada di deppan kelasnya dan melangkahkan masuk bergabung bersama teman-temannya.Lalu pamanku gentian menghantarkan ku masuk kedalam kelas ku. Tak lama kemudai bel pun berbunya tanda pelajaran akan di mulai
Aku pun memasuki kelas tersebut, tampak bangku siisi kelas sudah ada yang menuhi bangku, keculi bangku yang terletak di depan, terpaksa aku berjalan kearah tersebut. Tak lama kemudia datang seorang cewek dengn rambut di kuncir
“cantik ya” ucap ku dalam batin, saat melihat seorang cewek lewat di depan ku dan duduk di sebrang bangku ku
“kau menyukainya ya” kata makhluk yang ada di samping ku, yang tadi menemuiku,
“kamu kenapa dini?” tanya ku kepada makhluk tersebut yang tak panggil bolu yang artinya botak lucu.
“ya belajarlah masa manusia aja yang boleh belajar?” katanya sambil tertawa cengingisan. Tak lama kemudai datang wanita separuh baya memasuki kelasku, mungkin itu guru yang akan mengajariku. Terlihat sesuatu yang aneh dengan guru itu, berjalannya tidak seperti berjalan layaknya manusia biasa, lebih tepatnya sepertinya kakinya sedang diseret
            Aku harus menunggu sampai guruku tiba di depanku meletakkan buku-bukunya yang di kempitnya baru aku menyadari keanehan yang ku bilang tadi,
            Aku mengedipkan mata beberapa kali, tak percaya dengan menglihatan ku sendiri, sat itu ku lihat di belakang guru ku sosok tubuh wanita,berdiri menempel tepat dibadannya. Badan menempel badan, tangan menempel tangan dan kepala ditundukkannya.
            Sekilas bila terlihat dengan mata terlanjang, kedua kaki guru ku menginjak tanah, tapi kenyataanya tidak.Dengan mata batinku kakinya di temple di kaki yang pucat.
            Kaki mili sosok wanita yang menempel di belakangnya.
            “itu..itu..” aku terbelalak melihat posisi badan tersebut. Dari yang pernah ku lihat berdasarkan pengalamn ang pernah ku dapatkan posisi badan seperti itu biasanya badan orang yang kesurupan atau kemasukan.
            Ibu guru memandang kami semua, tatapannya, entah hanya keran perasaanku karena aku bisa melihat kebih ari orang normal lainnya atau mungkin memang begitu kenyataanya, tajam memandang kamisemua.Tak ada satupu dari kamu yang berani berbicara di tatap seperti itu.
            “tatapan matanya aneh” kata ku dalam hati.
            “itu bukan tatapan manusia biasa” kataku lagi
            “tentu saja buka” sahut Bolu cengar-cengir disampingku
            Seperti merasa di perhatikan sosok wanita yang menumpaing tersebut menangkat wajahnya yang sedari tadi menunduk.Perlahan, kepapanya berputar dan wajahnyamenatap kami berdua.
            Walaupun aku sudah sering bertemu dengan hantu-hantu, namun tak urung aku terlompat juga dari dudukku saat wajah itu menatapku.Nyaris saja aku berteriak saking kagetnya.Wajah wanita itu putih pucattak berdarah, kedua matanya merah menyal, rambut panjangnya terurai berantakan di antara baju putihnya yang juga terurai panjang menyeka tanah.
            “Kamu kenapa?” terdengar suara guruku menegurku saat aku melompat kaget itu.Seluruh mata seisi kelas tertuju padaku saat ini.Aku tahu teman-temanku tak bisa mendengarnya, namun bagiku suara itu dingin dan mendirikan bulu roma ku.
            “kamu bisa melihat ku?” “apa yang kamu lihat?” hantu wanita itu berdesis pelan di telinga ku
            saat itu guru ku telah berbicara dengan suara dinginnya menjelaskan peraturan dalam seahun kedepan.
            “kenapa kamu menumpanginya?” tanya ku kepada hantu wanita itu
            “DIAM..!! itu bukan urusan mu!!” bentaknya. Terhenyak aku sesaat mendengarnya.Matanya dengan melototi ku, aku yang di pandangnya hanya bisa tertunduk.


@anitaasrahayu