Sekolah
Berhantu
Mendadak
tenggorokanku terasa kaku dan lidahku terasa kelu.Aku mencoba menelan ludah.
Entah kenapa kalimat yang di ucapkan pak naga itu bagiku seperti sebuah ancaman
“Ke… kenapa pak? Tanya ku
“tahun lalu juga ada seorang anak
sepertimu, bisa melihat hal gaib” pak naga terdiam sesaat. “Tapi dia tak lama
bertahan”
“Maksud bapak dia keluar dari
sekoalh ini?” tanyaku bingung
“bukan! Karena ikut campur urausan
gaib, anak itu…” pak Naga meletakkan telunjukkanya di lehernya dan megerakkan
membentuk sebuah garis lurus horizontal.
“Kekkkk!! MATI” sambungnya sambil
melototiku
Terhenyak aku mendengar perkaaan dan
melihat sikap pak Naga.
“Berani ikut campur nyawamu yang
menjaditaruhanya” lanjut pak Naga lagi.Tatapan matanya tajam semakin erhenyak
aku mendengar perkataan pak naga terbelalak lebar menatapnya.
***
Setelah kau mendengar pernyataan
dari Pak Naga, aku yang tak boleh mencampuri urusan gaib di sekolah ini, aku
merasa takut.Semuanya masih terlintas di benakku.
Aku kembali ke kelas dengan hati
yang gak karuan.
“dimana Bolu?” tanya ku dalam hati
ketika sampai di kelas dan duduk di sampingku. Sejak kejadianmarni tadi Bolu
tiba-tiba menghilang.
“Gas, dari mana kamu?” tanya temanku
yang tak lain yaitu Gilang
“oh, tadi habis dari ruang guru
nemuin pak Naga” kata ku lalu mengambil buku dari tasku
“oh, kamu udah tau, kalau Bu Winda
tadi pingsan di toilet?” tanyanya pada ku, aku langsung kaget seketika
mendengar pernyataan tersebut.
“kok bisa” saut ku. Lalu dia
menjelaskan semuanya.
“iya, tadi Chelsea anak kelas
sebelah menemui bu Winda sedang pingsan dan pendarahan” katanya lalu kembali ke
bangkunya. Aku makin terbelalak mendengar pernyataan tersebut.
“aku terlambat” ucapku dalam hati,
pikiran ku masih tertuju dengan Bolu, Bu Winda, Hantu Jelek itu yang tak lain
yaitu marni hantu penasaran tersebut, Hantu lengan bunting, murid yang setahun
lalu mati gara-gara mencampuri urusan gaib disini dan yang paling membuat ku
penasaran yaitu tentang pak Naga yang melarangku untuk mencampuri urusan Gaib
di sekolah ini.
Setelah beberapa menit di tunggu
akhirnya Bel pulang pun terdengar di telinga ku.
“Alhamdulillah..” kata ku sembari
memberesakan buku yang ada di mejaku ke dalam tas ku.
“Bagas, mau pulang baren kita?”
tanya seseorang menepuk pundak ku
“Eh Josia, gak ah Jos, mau ke perpustakaan
dulu” kata ku, aku ingin pergi ke Perpustakaan ingin menyelidiki tentang marni
hantu di yang tadi menganggu Bu Winda
“Gas kalau hari pertama kaya gini,
perpustakaan belum buka, mungkin dua atau tiga hari lagi” ucap Gilang, dan aku
hanya mengangguk-angguk.
“iya, kalau kamu pengen ke sana ya,
terserah letak pepusatakaannya ada di lantai dua” kata Josia, sambil berpamitan
dengan ku untuk pulang duluan dan di susul Gilang.
Melihat ternyata Kak Adit masih
lama, kesempatan ku untuk berjalan-jalan di lorong sekolahan ini, aku mencoba
pergi ke perpustakaan.
“Hei Gas” aku menoleh ternyata benar
yang memanggil ku tadi ternyata seperti yang ku duga yaitu Bolu
“ngapain kesini? Perpustakaannya
lagi tutup kalau hari pertama kaya gini” katanya sambil terbang di atas
kepalaku.
“Hai Bocun” panggil seseorang aku
dan Bolu lalu menoleh kea rah suber suara tersebut.
“Siapa itu Lu?” kata ku sambil
penasaram
“itu leluhur disini, hantu-hantu
disini panggil dia eyang” kata Bolu sambil terbang ke arah nenek tua yang
jalannya membungkuk
“Eyang, Aku ini Bolu, bukan Bocun,
aku ini gak culun” kata bolu sambil memanyun kan bibirnya
“iya benar kamu lucu tapi banyak
culunya ya” kata Nenek tersebut sambil ketawa cekikikan. Aku hanya bingung
dengan yang mereka bicarakan.
Lalu selang beberapa detik nenek
tersebut mulai melihat ku dengan tatapan dinginnya.
“mau apa kamu kesini cucu?” tanya
nenek tersebut padaku, aku bingung mau menjawab apa, aku hanya bisa terdiam.
Sehingal Bolu yang menawabnya
“Bagas aja di panggil Cucu, aku
dipanggil Culun” kata Bolu sambil cemberut dan itu membuatku ngakak.
“iya kan sama-sama ada kata cu nya,
apa mau kamu eyang panggil cucian atau curang ajar” kata nenek tersebut sambil
ketawa cekikikan sejenak membuat bulu kuudkku merinding.
“udah lah yang, ledekin aku terus
nih” kata Bolu lalu terbang di sampingku” tak kusangka ada seorang yang
memanggilku dari belakang aku pun menolehnya.
Tiba-tiba benar ternyata ada seorang
gadis mendekati ku.
“kamu lagi ngapain disini?” tanyanya
padaku
“hoh iya nama ku Cindai, yang duduk
di sebrang bangkumu” lanjutnya lagi ternyata ini cewek yang tadi pagi aku puji
cantik itu tadi.
“nagapain dia kesini” ucapku di
dalam hati masih bingung dengan keadiran Cindai tersebut
“aku ngikutin kamu, aku penasaran sama
kamu” katanya, sonta membuat aku terkejut, ternyata dia bisa membaca pikiran ku.
“ka..kamu..” kata ku sambil
terbatah-batah saking kagetnya.
“iya aku bisa baca pikiran mu, aku
juga tau kok kalau kamu bisa melihat hantu” katanya lagi yang membuat ku tambah
kaget.
“kamu tadi bicara sama siapa?” tanya
Cindai, sontak membuat ku menoleh kea rah Bolu dan Nenek tersebut, ternyata
mereka sudah tidak ada.
“udah jangan bingung gitu” katanya
lalu duduk di bangku dekat perpustakaan
“kamu juga bisa melihat hantu?”
kataku menyelidiki, dia hanya menggeleng
“aku gak bisa melihat hantu sehebat
kamu, aku hanya bisa melihat dengan mata batinku” katanya yang membuat
tercenegang
“iya, aku tau kok, kalau di bawah
pohon besar itu ada anak perempuan sedang membaca buku” katanya sambil menutup
matanya. Sontak membuat aku menoleh kea rah pohon besar, ternyata benar ada
hantu perempuan yang sedang menunduk membaca buku.
“iya benar, kamu benar” kata ku
kagum
“udah jangan kaget gitu, kamu
penasaran ya sama sekolahan ini?” tanya nya, aku hanya mengangguk
“aku juga sudah lama penasaran
dengan sekolahan ini mulai dari aku sekolah disini” katanya. Belum sempat aku
bertanya dia sudah mengetahui apa ynag aku ingin bicarakan
“iya memang sekolahn ini berhantu”
katanya,lagi-lagi dai hanya bisa membuat aku tercengang.
“karena sekolahan ini dulu bekas
tempat pembantian masal” katanya.
“jadi kamu tahu semuanya tentang
sekolahan ini?” tanya ku kepadanya selang beberapa detik terdengan suara dari
belakang memanggilku sepertinya suara kak adit, aku membalikan badan ke kea
rahk adit untuk tunggu sebentar. Saat aku ingin berpamitan dengan cindai
ternyata dia sudah tidak ada di hadapanku, sungguh membuat aku kaget bukan
kepayang.
“kemana larinya cewek tersebut?”
tanya ku dalam batin lalu berjalan mendekati kakakku.
***