DEADLY HUNTED HOUSE !!!
Karya : Anita S. Rahayu
***
“pak tahu alamat ini dimana?” Tanya Bagas pada salah satu
pedagang asongan.
“oh itu iya pak makasih ya…” kata bagas sambil tersenyum
lalu kembali ke mobilnya.
“gimana gas?” Tanya Difa penuh semangat.
“itu dia, ya udah gue jalan kaki aja” kata Bagas sambil
menujukkan rumah berukuran sangat besar seperti rumah colonial jaman belanda.
Bagas pun berjalan menuju rumah tersebut.
“rumahnya bagus ya, tapi kok tak ada yang huni ya?” kata
bagas dalam hati.
“wwwoy ngelamun aja loe” kata chelsea membuyarkan lamunanya
Bagas, bagas hanya tersenyum kecut.
“terus kita gimana sekarang, siapa pemilik rumah ini?”
Tanya Cindai.
“kita Tanya saja ke rumah itu, sepertinya ada orang” kata
Difa menunjukkan rumah yang berada di samping tepat rumah tersebut dan yang
lainnya mengangguk, chelsea terus melihat kearah Bagas dia mengerti sepertinya
Bagas sedang memikirkan sesuatu.
“Gas loe mikir apaan sih?” Tanya Chelsea.
“gue bingung aja, coba deh loe liat aja ni rumah, terkesan
gimana gitu” kata Bagas sambil mengerutkan keningnya.
“gue kira hanya gue cindai dan Difa yang berfikiran seperti
ini, tapi ternyata loe juga” kata Chelsea dengan tatapan serius.
“Eh kalian berdua, sini dong…” panggil Difa yang membuat Bagas
dan Chelsea sempet terkejut.
“Ah loe dip, iya2” kata Bagas lalu berjalan menedekati Difa
dan Cindai dan di susul Chelsea.
“Permisi pak…” kata Cindai yang membuat sekumpulan orang
yang ada di rumah tersebut menoleh kearahnya.
“iya neng ada apa?” Tanya salah satu dari mereka.
“katanya rumah disamping ini di jual ya pak?” Tanya Difa
dengan nada sopan dan lembut, entah apa yang membuat segeromolan dari mereka termasuk
juga yang menyambut keempat anak tersebut terlihat seperti terkejut, mereka
berpandangan satu sama lain demikian dengan Bagas, Cindai, Chelsea dan Difa
juga saling berpandangan.
“ngapain kalian kesana?” Tanya seseorang yang ada di dalam
rumah dengan tatapan sinis.
“gini pak, kita kesini hanya ingin Tanya siapa pemilik
rumha ini, soalnya kita mau menempati rumha tersebut” kata Bagas lembut.
“JANGANNN…!!!!” kata seseorang lain dari rumah tersebut
yang membuat keemapt anak tersebut terlonjak kaget.
“mari sini nak duduk dulu..” kata orang yang tadi menyembut
mereka, mereka pun di persilahakan duduk tetap dengan pikiran yang masih bertanya-tanya
di benak keeampat anak tersebut.
“mau minum apa kalian?” Tanya orang tersebut.
“ngga usah pak, kita hanya sebentar kok” kata Chelsea
dengan nada halus.
“ya sudah kalau gitu, kalian beneran mau tinggal di rumah
itu?” Tanya Bapak tersebut sambil menujukkan rumah mewah tersebut, dan keempat anak
tersebut hanya menggguk mantap.
“kalian pernah dengger ngga cerita tentang The deadly
hunted house yang artinya Rumah hantu yang mematikan?” kata Bapak tersebut yang
lainnya saling berpandangan, lalu memandang kearah Chelsea.
“iya pak saya tahu, jangan-jangan…!” kata Chelsea
menggantung, dari keemapt anak tersebut hanya chelsea yang tahu karena memang
dasarnya Chelse orang Bandung.
“iya benar itu rumah konon katanya sudah ada pada jaman
penjajahan Inggris, kalau di hitung2 sih sudah lama sekali, dan rumah itu juga
sudah angker sejak jaman Inggris tersebut… itu salah satu alasannya kenapa
rumah tersebut tak ada yang menghuni, saya yang sudah 15 tahun disini tak tahu
siapa pemilik asli rumah ini, dulu kira-kira 13 tahun yang lalu ada juga satu
keluarga tinggal di rumah itu, tapi seminggu tinggal disana semuanya mati
secara mengenaskan, pemilik rumha tersebut sepasang suami istri itu di temukan
meninggal secara mengenaskan di jalan itu (menunjukkan jalannya) istrinya kepalanya lepas dari tubuhnya, dan
kemudian setelah itu di temukan anak perempuannya kalau ngga salah namanya
Angel dia di temukan bunuh diri di kamarnya” kata Bapak tersebut panjang lebar
yang membuat keempat anak tersebut berpandangan satu sama lainnya.
“Bagaimana kalian masih mau tinggal disana?” Tanya Bapak
tersebut lagi yang membuat mereka saling berpandangan lagi.
“iya Pak, kita tetep akan tinggal disana, karena kita ngga
pernah percaya dengan hal-hal bersifat mistik
seperti itu” kata Bagas tegas dan yang lainnya mengagguk mantap.
“Ya sudahlah kalau gitu kita langsung saja liat rumahnya”
kata Bapak tersebut.
“tapi pak siapa yang punya kunci rumah tersebut?” Tanya
Cindai mengerutkan keningnya.
“saya yang bawa, karean tak ada pemiliknya kami yang
diserahi untuk memegang kunci tersebut” kata bapak tersenyum manis lalu masuk
kedalam rumah, dan keluar sembari tersenyum kembali ke empata ank tersebut.
“kok malah bengong ayook” kata Bapak tersebut samba
tertawa, keempat anak tersebut lalu berjalan mengikuti Bapak tersebit dengan
tatapan aneh.
“Chel, emanganya bener ada isu kaya gitu?” Tanya Cindai
pada Chelse saat di a berjalan menuju rumah tersebut.
“iya tapi tak ada yang bisa
mengerti dari ini semua, nenenk gue aja ngga tau siapa pemilik rumah
ini” jelas chelsea
“tapi masa loe ngga pernah kesini sih?” Tanya Cindai
“ya pernah sih, tapi gue ngga tau kalau ini rumah deadly
hunted house yang disebut oarng-orang itu” kata Chelsea.
“ooo, udah yuk udah masuk tuh” kata Cindai sedikit lari
kecil karena sudah tertinggal sekitar 4 meter dari Bagas, Difa dan Bapak
tersebut.
Mereka berlima pun sekarang sudah sampai di depan rumah
besar tersebut, terlihat Bapak itu pun sedang bersaha membuta gerbang tersebut.
“Bagaimana pak bisa?” Tanya Difa pada Bapak tersebut.
“agak sulit nak, mungkin kamu bisa bantu, soalnya ini kunci
lama banget umurnya” kata Bapak tersebut sembari memebreikan kunci tersebut
kepada Difa, Difa pun lalu bersusaha untuk membuuka gerbangang tersebut dengan
kunici yang dikasih oleh bapak tersebut.
“Giaman Fa..? Bisa?” Tanya Bagas yang saat itu tepat
disampingnya.
“ngga bisa gas, coba deh loe..” kata Difa memberikan
kuncitersebut keaarh bagas.
“Rumah apaan ini Ya Allah…” kata Bagas dalam hati sembari
menerima kunci dari Difa.
“Bissmilah…” katanya lalu membuka pintu tersebut. Setekah
beberapa menit hasilnya nihil.
“ngga bisa ini..” kata Bagas pasrah, Bagas melihat
satu-satu dari temannya yang juga sedan merasa cemas.
“Ya sudah pak gini saja, ini kan juga sudah sore, kita
kembali saja besok” kata Cindai lembut.
“iya pak gitu aja enaknya, lagian jarak Jakarta kesini kan
jauh” kata Chelsea menambahi.
“ooh kalian orang Jakarta ya?” Tanya Bapak tersebut.
“iya pak…” kata mereka sepermpak.
“BRRAAAAAK….” Terdengar suara sangat keras mereka berlima
pun menoleh kearah belakang tempat gerbang tersebut yang membuat Bagas, Cindai,
Chelsea, difa dan bapak tersebut terbelalak kaget sekaget-kagetnya.
“Apa ini… rumah apa ini….” Kata Bagas dengan wajah tak
percayannya. Cindai pun mencoba mendekat kerah gerbang tersebut.
“Jaa…. jangan mendekat…” bentak Difa yang juga tak percaya
dengan kejadian tersebut.
“Saya tak mau ikut campur dalam masalah ini lagi,
sepertinya mereka tak suka saya disini, ini kuncinya, kalian yang bawa saja…”
kata Bapak tersebut sembari meninggalkan mereka berempat dengan tatapan tak
mengerti harus ngapain.
“ini aneh…” kata Chelsea lirih.
“apaan chel…” Tanya Difa bingung.
“ITU….” Kata Chelsea sambil menunjukkan Sesautu yang
membuat keempat anak tersebut kaget lalu masuk keadal mobil mereka.
Bersambung .. !!