Saya membuat Blog ini dengan tujuan untuk meletakkan hasil karya saya ke pada publik agar bisa bermanfaat bagi yang membacanya

Sabtu, 15 Juni 2013

Goresan Pensil Kehidupan (Part 1)

Goresan Pensil Kehidupan
Karya : Anita Shanley | @Anitashanley

Ya Tuhan…
Dari rencanamu, aku belajar arti tentang kehidupan…
Belajar mengerti hidup dan memperjuangkannya…
Berusaha ikhlas walupun hakikatnya hatiku sakit…
Sempat aku berfikir, kenapa harus aku yang terlahir seperti ini..
Kenapa bukan teman-temanku atau orang-orang yang di luar sana..
Yang bisa lebih tegar dari pada aku..
Aku hanya seorang bocah yang masih perlu belajar lagi arti semua khidupan yang saat ini aku alami.
Tapi…
Dengan rencana Tuhan  yang seperti ini aku bisa mengerti Arti kata “AKU” di hati “KAMU” dan demikian arti kata “KAMU” di hati “AKU”
-Anita Shanley-

15 Juni 1999
    Aku melewati lorong rumah sakit dengan rasa campur aduk, aku melepas dasi yang ada di leherku, ku lihat semua orang melihat kearah ku dengan wajah yang penuh tanda tanya, mungkin ada apa anak berpakain SMP ini berjalan dengan tergesah-gesah seperti ini atau apalah aku tak bisa mnegrtikan arti pandangan mereka kearahku, aku terus berjalan dan ku pandangi semua ruangan tak ada satu pun ruangan yang aku temukan dengan tulisan ruang bersalin mawar, aku mencoba besikap tenang agar bisa menemukan ruangna tersebut, seperti anugrah tuhan, aku melihat seorang paruh baya sedang duduk lesu, aku sangat mengenalinya dan aku pun lalu berlari kearahnya.
    “Papa…?” ucapku membangunkan lamunanya, papa memadangaku lekat dan bersikap berusaha tersenyum kearahku.
    “sudah pulang sekolah?”
    “belum papa, tadi sudah dapat ijin sekolah kok pa”
    “ya sudah duduk sini, mama kamu masih di dalam” katanya sambil tersenyum kearahku, aku sangat mengerti apa yang sedang dirasakan oleh papaku, jauh dari apa yang sedang aku rasakan hari ini.
    “papa…  Agni takut…”
    “ingatkah tadi malam apa yang dikatakan mama kepadamu?” tanya papa kepadaku, aku hanya mengangguk pelan, ku putar lagi memory yang tadi malam bersama mama sebelum aku tidur, di bilang “bahwa Tuhan selalu bersama kita, menuntun kita untuk menjadi berarti, bagi semua yang ada disamping kita”.
    Aku terdiam melihat semua yang ada di sekelilingku saat ini, terlihat papaku yang masih terlihat bingung. Aku kecup pipi kannanya dan dia menoleh kearahku dengan senyuman di wajahnya.
    “Agni sayang papa…” kayaku sambil memeluk erat badan papaku, entah kenapa terasa sesuatu yang hilang dari hatiku, aku mulai menangis di pelukan papa.
    “Ckelek…” terdengar suara pintu yang ada di hadapanku terbuka, terlihat papa langsung berdiri dan tergopoh-gopoh berjalan kerah pintu tersebut dan aku berjalan mengikutinya.
    “Bagaimana keadaan anak saya dok…?” kata papa yang terlihat cemas sekai, terlihat dokter lalu mengangguk mantap dan tersebra senyuman yang ada di pipi papaku itu, kau pun menghembuskan nafas lega saat itu.
    “Kalau mama bagaimana dok?” kataku penuh harapan agar mama ku juga baik-baik saja,
    “iya dok bagaiman dengan istri saya?”
    “maaf..” hanya kata itu yang terlontar dari bibir dokter tersebut, tubuhku seakan tak berdaya, jika aku diizinkan untuk mati bersama mama akan ku lakukan itu sekrang karena aku tahu aku tak akan bisa hidup tanpa mama, tapi aku berfikir lagi bagaimana jika aku mati siapa yang akan mengurus adik kecilku, semu terlintas difikiranku dengan cepatnya. Ku langkahkna kakiku masuk kedalam ruangan tersebut. Kaki ku terasa kaku saat melihat sosok wanita yang sudah 13 tahun ini menemani hari-hariku sedang terbujur kaku disana, aku teringat kembali betapa indahnya senyuman dan nasehat-nasehat manis yang simple tapi bisa buat aku tersadar.
    “mamaaaa…..” kataku lirih yang sudah tak bisa lagi kubendung kesedihan ini.
    “mama jangan tinggalkan Agni ma, mama ngertikan Agni sayang banget sama mama, Agni ngga bisa ma hidup tanpa mama” kataku sambil mengoyang-goyangkan tubah mamaku.

***

    “Agni…?”  panggil seseorang yang ada di belakangku, aku pun hanya menoleh sedikit lalu melihta kearah semula.
    “Agni..  ini Agni bukan ya…?” tanyanya lagi.
    “maksud kamu apaan sih iel?” tanya ku balik lalu menatap wajah sahabatku yang sudah 7 tahun menganalku.
    “aku kenal Agni itu sosok cewek yang tegar, tak pernah mengeluh, dan pastinya tak seperti ini” katanya lagi, aku mulai menunduk, tiba-tiba sebutir air mata jatuh di tanganku, Gabriel manatapku lekat, sepertinya dia sangat mengerti apa yang sedang aku rasakan saat ini.
    “Agni jangan malah nangis” katanya lalu berusah buatku tersenyum, tetesan air mata ini mulai deras , aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat ini.
    “Agni, liat aku, aku ngerti kok kamu sedih, aku juga sedih melihat mu seperti ini, sekrang coba liat masa depan mu adikmu dan papamu, coba pikirkan semuanya, dan mama mu pasti sekarang lagi disekitar sini, dia sangat menyayagi mu Ag, coba renungkan”
    “Tapi iel…”
    “Tapi apa..? ada aku, ada mama papa aku, apa yang di ragukan lagi, tenang saja tak akan ada yang berat disini selam kita bersatu” katanya lalu mengacungkan jari kelingkingnya kearahku, aku pun tersenyum melihat aksinya.
    “thanks Iel…”
    “nah gitu dong senyum, oh iya yuk ke pemakaman mama mu, lainyya udah nunggu tuh”
    “hehe iya, yuk” kataku lalu beranjak dari dudukku, aku berjalan beriringan dengan Gabriel, aku tahu apa yang saat ini dia rasakan, pasti dia merasa kasihan denganku. Aku berjalan beriringan dengannya, sesekali ku lihat wajah manis cowok tersebut, jujur saja, aku sudah menyimpan rasa ini sejak aku duduk di bangku SMP kelas 1. Kebaikannya yang membuat aku menyukainya.
    Setelah beberapa menit kita berjalan, sampailah di sebuah pemakaman tempat mama yang akan di kebumikan, terlihat sudah banyak orang disana termasuk papa, papa dan mamanya Gabriel, papa menoleh kearahku sambil tersenyum, terasa beda dihatiku, baru pertama ini aku melihat senyuman seperti itu mampir di bibir manis milik papa, sedih rasanya hati ini melihat semua itu. Gabriel menggadengku menuju kerumunan tersebut, ada suasan yang beda, aku mulai menetaskair mataku, Gabriel menoleh kearahku.
    “Tadikan sudah janji” katanya sambil tersenyum, aku pun mengusap tetesan air mata ini. Sedih rasanaya melihat Foto mama yang tersandar di batu nisan milik mama terlihat sangat cantik seperti biasa aku melihatnya. Rekaman yang selama ini sudah hilang sekarang teringat kembali disaat detik-detik mama menasehatiku kemren, sudahlah tak ada yang lebih istimewa saat bersama mama, ku lihat mama sedang di kebumikan entah kenapa air mataku sudah tak bisa menets tapi hatiku makin sakit seperti teriris, aku mendongokkan kepalaku kearah papa, dia hanya bisa menunduk terlihat butiran air mata di tepi mata papa, ingin rasanya aku saja yang mengantikan posisi mama biar papa bisatak akan kehilangan mama, tapi apa boleh buat ini sudah takdir dan tak bisa di rubah lagi.
***
    “Papa… adek di ruang mana pa?” tanya ku setelah berada di rumah sakit ingin menjemput adik kecilku, setelah pulang dari pemakaman aku dan papaku langsung bergegas kerumah sakit untuk mejemput peri kecil di hidupku.
    “ikut papa” katanya, aku hanya mengangguk lalu mengikuti arah jalan papa, papa seperti biasa sangat tegar walaupun dia terluka, itu yang aku suka dari sosok papa. Aku terus berjalan mengikuti papaku hingga sampai di sebuah ruangan yang sangat besar dan banyak bayi-bayi lucu disana, aku tak tahu ini namanya ruangan apa karena jujur aku baru pertama ini memasuki ruangan seperti ini, aku melihat sederet bayi lucu disana, ku lihat papa sepertinya mencari adik kecilku, dengan senyuman yang tiba-tiba merekah di bibirnya sudah ku simpulkan papa sudah menemukan adikku, dia langusng menggedongya.
    “ini adik ya pa?”
    “iya Agni, cantik ya seperti kamu”
    “namnya siapa pa…?”
    “namnya adalah…”
    “apa pa…?”

Siapa nama adek Agni dan bagaimana kelanjutan dari kehidupan sosok Agni dengan tanpa kehadiran seorang ibu bersamanya. ini adalah awal perjuanagan Agni...

di tunggu ya...

Follow @Anitashanley


Tidak ada komentar:

Posting Komentar