Saya membuat Blog ini dengan tujuan untuk meletakkan hasil karya saya ke pada publik agar bisa bermanfaat bagi yang membacanya

Senin, 01 Juli 2013

Sekolah Berhantu (Part 5)

Sekolah Berhantu

CRAASSS…
            “AAAAAHHHHHH!!!”Cindai tiba-tiba semakin kencang dia memegang tangan ku, terlihat lelaki kurus itu meraung saat lengan kananya mendadak terpotong sebatas siku setelah di tebas dengan pedang serdadu jepang itu. Darah segar muncrat seketika dan lengan sebatas siku itu jatuh ke tanah!
            Setelah beberapa saat berguling-guling di tanah, tangan kirinya yang memegang lengan kananya itu juga telah di basahi oleh darah yang masihmenyebur seperti air mancur itu.
            “DOORR” sebuah tembekan dari laras senapan itu menyembur darah segar yang lagi-lagi-lagi menyembur muncrat, kali ini dar kepalanya. Seketika lelaki itu pun terkulai untu selama-lamnya. Kedua matanya mendelik tak mau menutup! Dan tangan kirinya memegang erat lengan kananya yang putus di potong itu.
            Aku berdesis, aku memanggil Cindai tapi kelihatnya Cindai tak bisa mendengar suaraku, tak kuat aku memandangnya, aku memalingkan wajahku. Tapi di sampingku tepat di samping Cindai sebuah kejadian lain telah menunggu.
            Terlihat olehku beberapa laki-laki yang berpakaian seragam kuning yang sama seperti tiga lelaki yang kulihat sebelumnya itu , tampak sedang tertawa-tawa. Mereka semua berdiri membentuk lingkaran dengan semuannya memandang ke bawah.
            “Tidaaaaakk!!Jangaaaann!!” terdengar teriakan seorang gadis, sepertinya seumuran dengan ku, terliaht seperti meronta-ronta, sepasang kaki yang di pegang olek dua orang tentara jepang yang sedang berjongkok.
            Saat aku menyadari lebih jauh, kedua tangan wanita itu juga sedang di pegang dua lelaki yang sedang berjongkok.Sementara seorang lelaki masih erdiri tertawa-tawa dan mulai menindihinya.Terlihat juga Cindai sudah meneteskan air matanya.
            “Tidaaaakkk!!!” terdengar jeritan wanita itu lagi.Dia meronta-ronta.Namun tanganya kalah dengan tenaga empat lelaki yang sedang memegangi tangan dan kakinya itu.
            Secara bergiliran kelima serdadu itu melampiaskan nafsu binatangnya.Dan setelah beberapa saat, kelima tentara itu tampak puas, sementara wanita yang telah digiliri itu lemas dan menangis.
            “Bunuh aku..bunuh..” terdengar wanita itu berdesis. “BINATANG..bunuh akuuu!!”
            “hahaha.. kau kira semudah itu kau ingin mati?” terdengar dari lima serdadu jepang itu berkata. Logat jepangnya sangat kental terdengar. “Seret dia masuk”
            Dengan menjambak rambut yang terkulai itu, salah seorang dari mereka menyeret wanita itu mengikuti teman-temannya yang berjalan lebih dulu.
            “Lepaskan aku! Aku bisa jalan sendiri” teriak wanita itu
            “Biarkan dia jalan” kata salah satu serdadu tersebut
            Berjalan beberapa langkah wanita itu mendadak bergerakdangan tiba-tiba membuat semua serdadu yang telah mengilirinya itu terkejut dan membalikkan badan.Walaupun sudah di borgo, wanita tersebut masih bisa merebut pisau yang di gantungkan di ban pinggang salah satu dari kelima serdadu jepang itu.Dengannya, wanita itu memasukkan pisau tersebut ke jantungnya.

SLEEBBB!!
“ahhh” wanita itu mengeluh pelan. Darah muncrat dari badannya yang tertusuk pisau itu.Badannya mulai lemas terjatuh dari dirinya.
Aku mengidik seram melihat semua itu, semua korban yang terbunuh mati dihadapan ku sendiri dengan teragis. Ingin sekali aku menutup mataku, tapi aku menyadarinya  aku tak bisa karena aku sedang menonton ‘film’ di alam lain.
“cukup!” sayup-sayup terdengar suara di dekatku. “Bagas, Cindai buka mata kalian pelan-pelan”
“Bo..Bolu?” ujarku berbarengan dengan Cindai saat menyadari tempat aku berada.Aku menegok ke samping ada Cindai dia sepertinya juga masih merasa ketakutan.
“bagaimana bagas ?” Bolu berkata “Seru gak filmnya?”
“Haah!!” seru apanya?Serem tuh IYA” sangahku.Tangan yang sedari tadi di pegang Cindai sudah di lepaskan dan kuletakkan ke dadaku. Terasa jantungkun masih berdetak kencang,
“Ya, dua dulu ya..”kata Bolu sambil menyegir kuda “bentar lagi udah bel, gak bisa lanjut”
“Walau baru dua tapi tetap MENYERAMKAN” celetuk cindai yang sedari tadi hanya terdiam.Aku dan Bolu hanya tertawa mendengar pernyataan Cindai.
“Bolu..” kataku saat ingin masuk ke kelas bersama Cindai dan Bolu. Terlihat Cindai sudah jalan mendahuliu kami.
“kenapa?” kata bolu sambil duduk di pundakku dan di goyang-goyangkannya yang juga berkulih hitam itu.
“Di film yang tadi aku lihat itu..” aku berkata sambul bergabung dengan murid-murid kainnya. “ apakah kisah marni dan si tangan bunting?”
“betul..” jawab bolu
“kasian ya.. aku yang liat aja ampek merinding” kata ku sambil menarik nafas panjang. “berati banyak dong arwah-arwah penasaran yang ada di sekolahan ini?” tanya ku polos, lagi-lagi membuat bolu tertawa.
“Semakin misterius aja” ujarku dalam hati.Saat kamu sudah tiba di pintu kelas.
***
Beberapa waktu sebelumnya..
“hemm.. Anak itu” bisik seseorang. “Tidak mau mendengar peringatanku”
“kau lihat sendirikan, Naga?” terdengar suara lain, yang lebih berat dan menekan.Padahal di ruangan itu kecil dan pengap itu hanya ada satu orang. Orang itu memandang taman dengan gusar.
“i…iya… Mbah” jawab orang yang di panggi Naga itu.Tangannya meremas gorden yang dipegangnya dengan kesal. “padahal sudah saya peringati sebelumnya”
“Goaaar” suara tanpa wujud itu oun menggeram. “karena ulahnya, Winda selamat! Akibanya saya harus berpuasa lagi’ Groooooaarr”
“maafkan saya mbah.” Naga membalikkan badannya. “saya sudah memperingatinya. Tapi dia tidak mendengar saya”
“saya tidak peduli!!” bentak suara tak berwujud itu. “kau harus hentikan anak itu!!”
i…iya… mbah”budi mengangguk, seperti ketakutan “saya akan memperingatinya lagi”
“hahahaha” suara tak berwujud itu terdengar tertawa terbahak-bahak. “Bagus bila anak tersebut masih terus menganggu urusan kita…”
“kau sudah tahu apa yang harus kita lakukan Naga?”
Lelaki bernama Naga tersebut mengangguk. “Ya Mbah”
“Bagus!Saya sudah tak sabar menunggu berikutnya!” hahahahah” suara itu bergema kembali. “Carikan saya pengganti Winda”
“Ba..baik, mabh… akan saya carikan!” Naga mengangguk kembali
Tak lam lagi, ya tak lama lagi… hahahha” suara terbahak-bahak itu terdengar tanpa wujud tersebut terdengar menggema di ruag sempit itu.
***
Ketika aku pulang ke rumah hari itu, pikiranku tak henti-hentinya terbayang kedua ‘film’ singkt yang aku lihat tadi.Bolu sudah menghilang entah kemana saat aku dan Cindai memasukikelas ku hingga aku tiba di rumah dia belum menemuiku.
Saat itu aku sedang berbaringdi tempat tidurky sambil mendengarkan alunan music yang mengalun dari HP ku.Sesekali aku bernyanyi kecil, berharap bayangan dua film itu bisa menyirnya dari ingatanku.
Tiba-tiba aku memikirkan kata-kata yang di ucapkan guru bahasa indonseia kepada ku kemaren .
“berani ikut campur, nyawamu yang menjadi taruhannya” lanjt pak naga lagi. Tatapan matanya tajam seperti ingin menelanku. “dan kamu akan menjadi korban selanjutnya” kata-kata itu selalu berada di pikiran ku.
“ahhhhh…” aku membuka mata ku yang terpejam. “kenapa? Kenapa aku terus menerus di hantui ini semua?” kata ku lalu berguling-guling di kasur.
Tak lama kemudia makhluk yang kutunggu-tunggu datang juga.
“Bolu…! Teriakku sambil bernajak duduk dari posisi tidur.Kupandangnya bocah gundul yang tersenyum menyeriangai itu.
“bisakah kau meleppaskan ini semua?” tanyaku dengan nada memelas. “aku tak ingin terlibat masalah ini lebih jauh”
Bolu menggeleng.
“aku suah di peringati pak Naga, kalau aku..” aku terdiam
“kenapa berhenti?” bolu menaikkan alis matanya. “lanjutkan saja kata-katamu tadi”
“kalau aku ikut campur urusan ini aku… aku…”aku terdiam lagi
“yaaa…” bolu masih memandnag ku dengan alis matanya dinaikan
“aku akan menjadi korban berikutnya…” lanjutku lagi, walaupun aku harus berusaha keras untuk mengatakannya.
“hmmm, begitu yaa?” tanya bolu mengelus kepalnya yag botak dan hanya memiliki beberapa helai rambut itu. “Tumbal..”
“hah?” aku melihat bolu dengan pandangan menyelidik. “apa katamu barusan?”
“Tuuuummmmbaaaall..” bolu berkata dengan pelan dan mengejanya.
“maksudnya?” entah mengapa aku menjadi mengidik setelah mendengar perntayaan dari bolu.
“Gurumu, bu winda mestinya menjadi tumbal pertama sekolahan tahun ini. Namun karena kamu dia gagal mati” jelas bolu
Aku tak bergerak mendengar penjelasa Bolu.Bulu kudukku semakin merinding.
“karena gagal maka ada tumbal lain” kata bolu lagi
“bukannya marini ingin mengambil nyawa bu winda?” tanyaku
“aku sebenaranya tak boleh mengatakannya. Mudah-mudahan aku selamat” ujar bolu.Nada suaranya berubah menjadi menakutkan.
“maksudnya?”
“eang, lindungi aku kalau ada apa-apa” kedua tangan bolu mendekup di dada membuat tanda menyembah.
“aku menunggu bolu berkata kembali.
“marini hanya disuruh” kata bolu setelah diam beberapa lamnya
“maksudmu ada yang meyuruhnya?”
“bisa di bilang gitu” sahut bolu. “semua itu marini lakukan karena alas an tertentu”
“apa?”
“ada yang memerintahnya” jawab bolu singkat
“siapa?
“aku lebih menakutkan! Yang kebih menyeramkan!”
Mataku terbelalak mendengarnya.
“lalu pak budi?” tanyaku tiba-tiba.
Bolu terdiam sesaat. “pakNaga ya? aku Cuma bisa berpesan, hati-hati saja padanya!”

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar