Sekolah Berhantu
CRAASSS…
“AAAAAHHHHHH!!!”Cindai tiba-tiba
semakin kencang dia memegang tangan ku, terlihat lelaki kurus itu meraung saat
lengan kananya mendadak terpotong sebatas siku setelah di tebas dengan pedang
serdadu jepang itu. Darah segar muncrat seketika dan lengan sebatas siku itu
jatuh ke tanah!
Setelah beberapa saat
berguling-guling di tanah, tangan kirinya yang memegang lengan kananya itu juga
telah di basahi oleh darah yang masihmenyebur seperti air mancur itu.
“DOORR” sebuah tembekan dari laras
senapan itu menyembur darah segar yang lagi-lagi-lagi menyembur muncrat, kali
ini dar kepalanya. Seketika lelaki itu pun terkulai untu selama-lamnya. Kedua
matanya mendelik tak mau menutup! Dan tangan kirinya memegang erat lengan
kananya yang putus di potong itu.
Aku berdesis, aku memanggil Cindai
tapi kelihatnya Cindai tak bisa mendengar suaraku, tak kuat aku memandangnya,
aku memalingkan wajahku. Tapi di sampingku tepat di samping Cindai sebuah
kejadian lain telah menunggu.
Terlihat olehku beberapa laki-laki
yang berpakaian seragam kuning yang sama seperti tiga lelaki yang kulihat
sebelumnya itu , tampak sedang tertawa-tawa. Mereka semua berdiri membentuk
lingkaran dengan semuannya memandang ke bawah.
“Tidaaaaakk!!Jangaaaann!!” terdengar
teriakan seorang gadis, sepertinya seumuran dengan ku, terliaht seperti
meronta-ronta, sepasang kaki yang di pegang olek dua orang tentara jepang yang
sedang berjongkok.
Saat aku menyadari lebih jauh, kedua
tangan wanita itu juga sedang di pegang dua lelaki yang sedang
berjongkok.Sementara seorang lelaki masih erdiri tertawa-tawa dan mulai
menindihinya.Terlihat juga Cindai sudah meneteskan air matanya.
“Tidaaaakkk!!!” terdengar jeritan
wanita itu lagi.Dia meronta-ronta.Namun tanganya kalah dengan tenaga empat
lelaki yang sedang memegangi tangan dan kakinya itu.
Secara bergiliran kelima serdadu itu
melampiaskan nafsu binatangnya.Dan setelah beberapa saat, kelima tentara itu
tampak puas, sementara wanita yang telah digiliri itu lemas dan menangis.
“Bunuh aku..bunuh..” terdengar
wanita itu berdesis. “BINATANG..bunuh akuuu!!”
“hahaha.. kau kira semudah itu kau
ingin mati?” terdengar dari lima serdadu jepang itu berkata. Logat jepangnya
sangat kental terdengar. “Seret dia masuk”
Dengan menjambak rambut yang
terkulai itu, salah seorang dari mereka menyeret wanita itu mengikuti teman-temannya
yang berjalan lebih dulu.
“Lepaskan aku! Aku bisa jalan
sendiri” teriak wanita itu
“Biarkan dia jalan” kata salah satu
serdadu tersebut
Berjalan beberapa langkah wanita itu
mendadak bergerakdangan tiba-tiba membuat semua serdadu yang telah mengilirinya
itu terkejut dan membalikkan badan.Walaupun sudah di borgo, wanita tersebut
masih bisa merebut pisau yang di gantungkan di ban pinggang salah satu dari
kelima serdadu jepang itu.Dengannya, wanita itu memasukkan pisau tersebut ke
jantungnya.
SLEEBBB!!
“ahhh”
wanita itu mengeluh pelan. Darah muncrat dari badannya yang tertusuk pisau
itu.Badannya mulai lemas terjatuh dari dirinya.
Aku
mengidik seram melihat semua itu, semua korban yang terbunuh mati dihadapan ku
sendiri dengan teragis. Ingin sekali aku menutup mataku, tapi aku
menyadarinya aku tak bisa karena aku
sedang menonton ‘film’ di alam lain.
“cukup!”
sayup-sayup terdengar suara di dekatku. “Bagas, Cindai buka mata kalian
pelan-pelan”
“Bo..Bolu?”
ujarku berbarengan dengan Cindai saat menyadari tempat aku berada.Aku menegok
ke samping ada Cindai dia sepertinya juga masih merasa ketakutan.
“bagaimana
bagas ?” Bolu berkata “Seru gak filmnya?”
“Haah!!”
seru apanya?Serem tuh IYA” sangahku.Tangan yang sedari tadi di pegang Cindai
sudah di lepaskan dan kuletakkan ke dadaku. Terasa jantungkun masih berdetak
kencang,
“Ya,
dua dulu ya..”kata Bolu sambil menyegir kuda “bentar lagi udah bel, gak bisa
lanjut”
“Walau
baru dua tapi tetap MENYERAMKAN” celetuk cindai yang sedari tadi hanya
terdiam.Aku dan Bolu hanya tertawa mendengar pernyataan Cindai.
“Bolu..”
kataku saat ingin masuk ke kelas bersama Cindai dan Bolu. Terlihat Cindai sudah
jalan mendahuliu kami.
“kenapa?”
kata bolu sambil duduk di pundakku dan di goyang-goyangkannya yang juga
berkulih hitam itu.
“Di
film yang tadi aku lihat itu..” aku berkata sambul bergabung dengan murid-murid
kainnya. “ apakah kisah marni dan si tangan bunting?”
“betul..”
jawab bolu
“kasian
ya.. aku yang liat aja ampek merinding” kata ku sambil menarik nafas panjang.
“berati banyak dong arwah-arwah penasaran yang ada di sekolahan ini?” tanya ku
polos, lagi-lagi membuat bolu tertawa.
“Semakin
misterius aja” ujarku dalam hati.Saat kamu sudah tiba di pintu kelas.
***
Beberapa
waktu sebelumnya..
“hemm..
Anak itu” bisik seseorang. “Tidak mau mendengar peringatanku”
“kau
lihat sendirikan, Naga?” terdengar suara lain, yang lebih berat dan menekan.Padahal
di ruangan itu kecil dan pengap itu hanya ada satu orang. Orang itu memandang
taman dengan gusar.
“i…iya…
Mbah” jawab orang yang di panggi Naga itu.Tangannya meremas gorden yang
dipegangnya dengan kesal. “padahal sudah saya peringati sebelumnya”
“Goaaar”
suara tanpa wujud itu oun menggeram. “karena ulahnya, Winda selamat! Akibanya
saya harus berpuasa lagi’ Groooooaarr”
“maafkan
saya mbah.” Naga membalikkan badannya. “saya sudah memperingatinya. Tapi dia
tidak mendengar saya”
“saya
tidak peduli!!” bentak suara tak berwujud itu. “kau harus hentikan anak itu!!”
i…iya…
mbah”budi mengangguk, seperti ketakutan “saya akan memperingatinya lagi”
“hahahaha”
suara tak berwujud itu terdengar tertawa terbahak-bahak. “Bagus bila anak
tersebut masih terus menganggu urusan kita…”
“kau
sudah tahu apa yang harus kita lakukan Naga?”
Lelaki
bernama Naga tersebut mengangguk. “Ya Mbah”
“Bagus!Saya
sudah tak sabar menunggu berikutnya!” hahahahah” suara itu bergema kembali.
“Carikan saya pengganti Winda”
“Ba..baik,
mabh… akan saya carikan!” Naga mengangguk kembali
Tak
lam lagi, ya tak lama lagi… hahahha” suara terbahak-bahak itu terdengar tanpa
wujud tersebut terdengar menggema di ruag sempit itu.
***
Ketika
aku pulang ke rumah hari itu, pikiranku tak henti-hentinya terbayang kedua ‘film’
singkt yang aku lihat tadi.Bolu sudah menghilang entah kemana saat aku dan
Cindai memasukikelas ku hingga aku tiba di rumah dia belum menemuiku.
Saat
itu aku sedang berbaringdi tempat tidurky sambil mendengarkan alunan music yang
mengalun dari HP ku.Sesekali aku bernyanyi kecil, berharap bayangan dua film
itu bisa menyirnya dari ingatanku.
Tiba-tiba
aku memikirkan kata-kata yang di ucapkan guru bahasa indonseia kepada ku
kemaren .
“berani
ikut campur, nyawamu yang menjadi taruhannya” lanjt pak naga lagi. Tatapan
matanya tajam seperti ingin menelanku. “dan kamu akan menjadi korban
selanjutnya” kata-kata itu selalu berada di pikiran ku.
“ahhhhh…”
aku membuka mata ku yang terpejam. “kenapa? Kenapa aku terus menerus di hantui
ini semua?” kata ku lalu berguling-guling di kasur.
Tak
lama kemudia makhluk yang kutunggu-tunggu datang juga.
“Bolu…!
Teriakku sambil bernajak duduk dari posisi tidur.Kupandangnya bocah gundul yang
tersenyum menyeriangai itu.
“bisakah
kau meleppaskan ini semua?” tanyaku dengan nada memelas. “aku tak ingin
terlibat masalah ini lebih jauh”
Bolu
menggeleng.
“aku
suah di peringati pak Naga, kalau aku..” aku terdiam
“kenapa
berhenti?” bolu menaikkan alis matanya. “lanjutkan saja kata-katamu tadi”
“kalau
aku ikut campur urusan ini aku… aku…”aku terdiam lagi
“yaaa…”
bolu masih memandnag ku dengan alis matanya dinaikan
“aku
akan menjadi korban berikutnya…” lanjutku lagi, walaupun aku harus berusaha
keras untuk mengatakannya.
“hmmm,
begitu yaa?” tanya bolu mengelus kepalnya yag botak dan hanya memiliki beberapa
helai rambut itu. “Tumbal..”
“hah?”
aku melihat bolu dengan pandangan menyelidik. “apa katamu barusan?”
“Tuuuummmmbaaaall..”
bolu berkata dengan pelan dan mengejanya.
“maksudnya?”
entah mengapa aku menjadi mengidik setelah mendengar perntayaan dari bolu.
“Gurumu,
bu winda mestinya menjadi tumbal pertama sekolahan tahun ini. Namun karena kamu
dia gagal mati” jelas bolu
Aku
tak bergerak mendengar penjelasa Bolu.Bulu kudukku semakin merinding.
“karena
gagal maka ada tumbal lain” kata bolu lagi
“bukannya
marini ingin mengambil nyawa bu winda?” tanyaku
“aku
sebenaranya tak boleh mengatakannya. Mudah-mudahan aku selamat” ujar bolu.Nada
suaranya berubah menjadi menakutkan.
“maksudnya?”
“eang,
lindungi aku kalau ada apa-apa” kedua tangan bolu mendekup di dada membuat
tanda menyembah.
“aku
menunggu bolu berkata kembali.
“marini
hanya disuruh” kata bolu setelah diam beberapa lamnya
“maksudmu
ada yang meyuruhnya?”
“bisa
di bilang gitu” sahut bolu. “semua itu marini lakukan karena alas an tertentu”
“apa?”
“ada
yang memerintahnya” jawab bolu singkat
“siapa?
“aku
lebih menakutkan! Yang kebih menyeramkan!”
Mataku
terbelalak mendengarnya.
“lalu
pak budi?” tanyaku tiba-tiba.
Bolu
terdiam sesaat. “pakNaga ya? aku Cuma bisa berpesan, hati-hati saja padanya!”
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar