Saya membuat Blog ini dengan tujuan untuk meletakkan hasil karya saya ke pada publik agar bisa bermanfaat bagi yang membacanya

Senin, 01 Juli 2013

Sekolah Berhantu (Part 4)

Sekolah Berhantu 


@Rumah Bagas
            Aku masih memikirkan semua hal yang aneh yang ada di sekolah ku, aku bingung dengan keadian tersebut, aku coba rebahkan badanku dikasur, dan mulai memejamkan mataku untuk sejenak.
            “Bagaaaa” kata makhluk yang dari tadi menemaniku. Ah pastinya Bolu
            “ya ampun Bolu, kalau keluar jangan mendadak kayak gini dong” kata ku sambil mengambil bantal niatku untuk melemparan ke arahnya, aku tersadar itu sama saja, kan dia hantu kata ku dalam hati lalu cekikikan.
            “oh iya, kamu kenal Cinda?” tanya ku padanya, tanpa sadar aku di tamparnya.
            “arghhh, Bolu, apa-apaan sih kamu, sakit tau” kata ku sambil mengosok-gosok pipiku yang di tamparnya.
            “kamu nanyanya aneh-aneh sih, jelas saja aku mengenal Cindai, aku itu udah lama di sekolahan” katanya sambil duduk disamping ku.
            “dia keturunanya paranormal jadinya dia bisa membaca pikirannya orang” ucapnya lagi, aku hanya mengangguk-angguk
            “tapi canik kan?” tanyanya sepertinya mengerti yang sedang aku pikirkan.
            “udahudah, pergi sana aku mau tidur, capek tau” kata ku sambil memejamkan mata ku.
***
@Sekolah.
            Aku hari ini berangkat sendiri bersama kakakku, pamanku membelikan kami sebuah mobil yang sangat mahal bagiku dan keluarga ku.
            Saat di perjalanan melewati lorong menuju kelasku, sperti biasa Bolu menegurku.aku sempat sedikit berteriak yang membuat kak Adit menoleh ke arahku.
            “kenapa kamu gas?” tanyanya, aku hanya menggeleng dan tersenyum yang membuat kak Adit mengeritkan keningnya.
            “Aneh kamu ga” katanya sambil memasuki kelasnya. Sedangkan aku langsung meneruskan jalankum
            “kamu sih, kalau mau datang jangan buat kau kaget” gerutuku kepada Bolu, bolunya hanya tertawa saat au memnayunkan bibirku.
            “Nanti ikut aku yuk” katany padaku, aku hanya mendelik.
            “iya ikut aku, nanti ajak cindai juga, entar aku liatin film seru” katanya sambil tertawa cekikikan. Aku hanya mengangguk tanda setuju, tak lama guru ku datang ke dalam kelasku.
            Saat pelajaran berlangsung- walaupun belum bisa dikatan belajar serius Karena baru hari kedua setelah libur panjang – pikiranku tak bisa berkosentrasi. Perkataan Bolu dan Cindai selalu menghantuiku
            Untungllah bel istirahat ang ku tungu berbunyi setelah aku mulai gelisah. Entah apa yang akan di sampaikan Eyang yang aku temui di depan Perpustakaan kemaren memintaku dan Cindai untuk bertemu dirinya dan Blu disana.
            Aku menatap Cindai yang sudah berdiri itu. Matanya melirik sesaat
            “Gimana udah siap?” katanya.Aku langsung terkejut padahal belum saja aku mengajaknya, dia sudah mengetahuinya, memang cewek yang aenh ucap ku dalam hati.
            “tak masalah aku aneh, tapi juga cantikkan?” kantanya yang membuat aku  tertawa terkekeh. Lalu aku dan Cindai pun melangkahkan kaki keluar dari kelas tersebut.
            “Ada apa ya kita di minta ke lorong dekat perpustakaan tersebut?”aku bertanya bingung. “bukannya jam segini ramai anak yang lewat di sana?”
            “ada yang mau disamapikan kepada kita disana” ujar Cindai, kami berdua menuruni tangga.
            “apa?”
            “kau akan tau nantinya?”
            Dengna penuh tanda tanya aku pun mengkuti ‘undangan’ untuk ke lorong itu. Ketika kami tiba disana, benar apa yang kuduga lorong tersebut memang sangat ramai.
            “Ramai gini mana mungkin bisa?” gumam ku
            “bisa” Cindai tersenyum. “tunggu sebentar lagi”
            Aku dan Cindai berdiri tepat dimana kami berdua berdiri sehari sebelumnya.Banyak yang melewati temppat kami berdiri itu.Namun tak cukum banyak yang memperhatikan kami.
            “Yuk kita kepohon itu” ajak Bolu secara tiba, dan lagi-lagi membuatku terkejut.Bolu mengajakku dan Cindai ketempat pohon besar yang kemaren Cindai menunjuk pohontersebut ada hantu anak perempuan sedang membaca buku.
            “Duduk!” kata Bolu lagi. “kencangkan ikat pingang! Pesawat akan berangkat! Siap ya?” katanya lagi sambil bercanda.
            “kita mau kemana?” tanya ku masih bingung. Cindai duduk disamping kiriku saat itu.Tidak sepertiku, teman yang ada di kiriku ini bisa duduk dengan tenang dan menunggu kejadian selanjutnya. Sepertinya dia sudah mengetahui apa yang akanterjadi nanti.
            Bolu masih terkekeh. “kita akan menoton film. Siap –siap ya.banyak kengerian yang akan kalian saksiakan” ucapnya sambil tertawa lagi yang membuat bulu kuduk ku berdiri.
            “ingat! Apapu yang akan kalian lihay nanti kau hanya bisa melihanya seperti film! Tidak bisa berbuat apa-apa yuntuk menolongnya. Kau meu teriak sekalipun mereka tak aka mendengarnya
            Diangkatnya tanganya, di keluarkannya jari telunjuknya dan jari tenganya. Mulutnya berkomat-kamit seperti membaca mantra tahu-tahu…
            “puiih!!!” Bolu meludahi kedua jarinya itu.Dengannya dia mengusap keningku tepat di tengah kedua mataku.
            “sekarang tutup mata kalian” kata bolu lagi, aku pun menutup mataku.
            “perjalananpun dimulai! Jangan membuka mata sebelum kusuruh!” terdebgar suara bolu mengiang di dekat telingaku.
            “saat aku menutup mataku, aku tersa di bawa terbang, sekelilingku terasa gelap gulita bahkan tangan di depan mataku tak bisa ku lihat.
            “Aku dimana?” gumamku
            “Tenang Bagas, ada aku disini” terdengar setidaknya seorang perempuan disampingku. Cindai! Setidaknya suaranya membuatku merasa lebih tenangsedikit.
            Mendadak pandangan ku menjadi terang, semuanya mulai terlihat termasuk cindai yang dari tadi ada di sampingku.Namun yang terlihat itu seperti film yang dimainkan di layar bioskop, besar dan jelas tapi tidak bisa dipegang.
            Disekelilingku, tampak suatu tempat yang sangat asing bagiku.Aku berada di sebuah tempat yang mempunyai lapangan besar, namut tak persisi seperti lapangan.Sebuah jalan namun tidak persisi seperti jalan.Sekelilingku tampak tertutup tembok tinggi, tempat tersebut menyerupai sebuah benteng, aku melihat sepertinya Cindai juga beranggapan sepertiku.
            “Berhenti” Mendadak sebuah teriakan membuat perhatianku teralih.Tanpa di sadari mungkin saking kagetnya Cindai langsung memegang tanganku.Terlihat tampak seorang lelaki berbadan kurus sedang berlari dengan wajah ketakutan.
            “Aku tidak mencuri!Itu fitnah!” terdengar lelaki berbadam kurus itu berteriak.Kulit badanya hitam.
            Saat aku melihat ke belakangnya, tampak tiga orang bertampang galak dengan pakaian kuning seperti serdadu jepang mengejarnya.Ketikanya berlari menejar lelaki berbadan hitam tersebut.
            “DOOR” tahu-tahu terdengar suara tembakan yang entah dari mana asalnya.Saat kusadari, lelaki berbada kurus dan berkulit hitam roboh ke tanah dengan baju bersimbah darah.
            Melihat lelaki itu terjatuh, salah satu serdadu jepang itu membalikkan badannya yang erlungkum itu bukan dengan tangan tapi dengan kaki.
            “Pencuri” terdengar suara serdadu jepang itu berkata.Baru kusadari itukalau logat mereka masih kental dengan logat jepangnya.
            “Ampun..aku tidak mencuri” lelaki berbada kurus itu mengangkat tangannya melindung wajahnya yang di todong denapan mesih tepat di depan matanya. Rupanya suara tembakanitu berasal dar salah satu serdadu jepang itu.
            “Alasan…!!” serdadu itu pun lalu mencabut pedang yang dibawanya. Lenagnya bergerak.

            CRAASSS…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar