Sekolah Berhantu
Pagi ini aku harus
pergi ke sekolah dengan rasa takut, gimana tidak, nanti pelajaran pertama ada
waktunya Pak Naga, guru yang kemaren mengancamku.
Aku melewati lorong sekolahan dengan
rasa ketakutan.
“aduh bagaiman dengan nasibku nanti
ya” gumamku.
“Bagas..” teriak anak cewek sambil
menepuk pundakku.
“eh cindai, bagaimana tidrmu
nyenyak?” tanya ku basa-basi
“ah, aku mah gak bisa tidur masih
kepikiran tentang kemaren” katanya, aku hanya tersenyum sumriingah melihat ke
arah Cindai, lucu dengan ekspresinya yang manyun.
“Dai… akrab banget ya sama anak
baru” ucap Josia menyapa anak cewek yang ada di sampingku.
“emangnya gak boleh” katanya sambil
tersenyum.
“jangan mikir yang aneh-aneh loh ya”
sambungnya lagi. Aku hanya terkekeh melihat wajah cindai yang sudah merah
merona.
“bagas kok malah ketawa sih, wajah
ku loh gak merah tau” katanya seperti menegrti isi hatiku.
“masuk yuk, udah ada pak naga tuh”
kata Josia mengejak ku dan cindai masuk kedalam, terlihat pak Naga yang sudah
berjalan kea rah kelasku, dengan hati yang bercampur aduk antara takut dan
penasaran, aku menduduki bangkuku dengan tenang.
“pagi anak-anak” terdengar suara Pak
Naga yang menyapa kami semua, aku takut untuk memandang wajahnya.
“haduh, aku duduk di depan meja guru
lagi” ucapku, masih dengan posisi menunduk.
“Bagas, jangan menunduk, pak Naga
liatin kamu tuh” bisik Cindai di telingaku, aku langsung mendongakka kepalaku,
terlihat pak Naga menatapku dengan tatapan yang sangat tajam sehingga membuat
ku seperti teriris.
Aku hanya pasrah saja ketika
meliahat pak Naga melihatku dengan tatap anehnya itu, tak ku hiraukan Pak Naga,
aku berpura-pura beranggaan Pak Naga tidak ada disituu
***
Gara-gara tadi aku tak mendengarkan
pelajarnnya pak Naga, sekarang aku di panggi ke ruang guru untuk menemunya,
sepertinya bukan masalah perajaran deh yang nanti diomongni, lebih tepatnya
membicarakan tentang yang kemaren deh.
“Bagas ternyata kamu sudah kesini”
katanya ketika mendapati ku sudah ada di hadapannya.Aku tak menjawab
pertanyaanya.Dia lalu meyuruhku untuk duduk.Dan aku pun hanya menurutinya.
“Ingat ya, kamu kemaren sudah saya
kasih tau, kenapa kamu masih melakukannya sih?” tanpa pak Naga dengan suara
dinginnya.Aku tak menjawab, aku hanya bisa tertunduk.
“kamu ngeti gak apa kosekwnsinya?” k
“kamu akan mati” katanya dengan nada
sinisnya, aku tak mampu melihat kea rah matanya. Mungkin matanya menatapku
tajam.
“saya sudah memperingatimu dua kali,
kalau kamu masih mengulainginya, aku sendiri yang mengambil ajalmu” katanya,
sontak aku pun melihat ke arahnya, ternyata benar, dia sedang menatapku tajam.
“ya sudah, kamu boleh balik ke
kelas” katanya sambil berdiri, beberapa saat aku masih terdiam disana. Sekarang
aku mulai mengerti semuanya.
***
“ah, bolu dimana sih?” kataku sambil
bergulung-guking dikasur, aku bingung kenapa semuanya mulai bermunculan,
kejadian-kejadian aneh semuanya mulai menimpa ku.
“ini sangat menggangu” kata ku
sambil memukul kepala ku keras.
“bagas” kata makhluk lalu duduk disamping
budakku.
“Bolu, kemana aja sih” kata ku
sambil cembrut
“tadi jalan-jalan ke Rumah sakit,
liat Bu Winda” katanya
“oh, aduh kita aku bingung banget
nih”
“iya, aku sudah tau kok Gas, solanya
tadi pas kamu di panggil sama Pak Naga aku ada di sampingmu” kata Bolu sambil
mainin rambutku.
“aku kok gak meliahtmu?” tanyaku
“iya jelas kamu gak melihatku,
lagian kamu aja hanya bisa nunduk” katanya lagi. Dan aku hanya tersenyum malu.
Tiba-tiba saat aku menoleh kea rah
bolu sudah taka da di sampingku.Aku tak terlalu memikirkan ke hilangan Bolu,
aku pun langsung berinisiatif untuk tidur.
***
Aku mempunyai cara jitu biar
kejahatan Pak Naga segera terbongkar, tapi ada satu yang masih membuat aku
penasaran yaitu “kenapa pak Naga menjadi salah satu orang yang menyebabkan
sekolahan ini berhantu. Ah mungkin Cindai mengerti semua yang akan terjdi. Aku
pun langsung masuk ke dalam kelas.Ternyata semua anak-anak lagi berkumpul,
dengan rasa penasaran ku yang begitu tinggi aku pun mendekati kea rah
gerombolan tersebut.
“Ada apa sih?” tanya ku pada Cindai.
“itu pak Naga…” katanya menggantung.
“pak Naga meninggal dunia sambil menggantungkan dirinya di lab. Bahasa”
sambungnya, aku yang tadinya berdiri langsung duduk di salah satu bangku
yang ada disana.
“apa maksudnya ini semua, kenapa
tiba-tiba pak Naga seperti ini?” kata ku dalam hati. Cindai lalu duduk di
sampingku dengan menepuk pundakku.
“nanti malem datang kesini ya”
katanya yang membuat aku menoleh ke arahnya.
“maksudnya? Nanti malem kita
kesini?”
“iya, nanti malem kita kesini ya
gas, aku juga penasaran seperti yang kamu rasakan. Nantii malam kita akan
menguak semuannya” katanya sambil tersenyum.
“jangan bilang kamu tak berani”
katanya, yang mnegrti dengn maksud ku. Aku hanya menggaruk- garuk kepala ku
yang tak gatal itu.
“udah tenang aja, kita nanti malem
Cuma lihat-lihat daerah sini aja, kita gak nganggu pasti mereka juga gak akan
ganggu kita” katanya yang membuat hati ku sedikit tenang.
“dia pengertian banget ya, cantik
lagi” kataku sambil meihat kea rah nya.
“ya gas, memang dari dulu aku
pengertian, dan juga cantik” atanya sambil ketawa. Aku hanya tertawa simpul,
suka sama orang punya indra lebih menyebalkan juga ya, dia sepertinya mnegrti
yang aku rasakan, dia hany memandangku dengan senyuman manisnya.
“tumben gak jawab kaa hatiku”
ledekku.
“gak ah, aku udah tau kok, kamu dari
dulu suka kan sama aku” katanya lalu pergi meninggalkan ku sendiri dangan tanda
tanya yang banyak diatas kepalaku.
***
“Bagas..” teriak seorang cewek yang
lagi-lagi membuatku terkejut, pasti Cindai.
“cindai… jangan mendadak kaya gini
dong” kata ku sambil cemberut, memang sih dari awal ketemu cindai, dia selalu
datang secara tiba-tiba dan pergi secara tiba-tiba pula, tapi tak pernah
terfikirkan olehku lebih lanjut.
“Iya deh maaf, lagian udah biasa
ketemu sama hantu, kok masih takut sih” kayanya dia mulai membaca fikiran ku
lagi.
“Kita mulai dari mana dulu ni
jalan-jalannya?” kata ku, dan melihat cindai menunjukkan arah atas, dan aku
mengangguk dan mengerti masud cindai yang memulai kita untuk berjalan-jalan
mulai dari atas.Aku pun berjalan bersampingan dengan Cindai.
“kalau Cindai gak pakek baju sekolah
tambah cantik ya” gumamku sambil meliri ke arahnya. Tanpa sadar Cindai lalu
menoleh ke arahku.
“aduh, aku lupa lagi deh, dia kan
bisa baca pikiran” kataku sambil garuk-garuk kepala ku yang tak gatal.Setelah
sampe di lantai atas, Cindai mulai berjalan-jalan melihat-lihat ke arah kelas.
“Bagas sini deh, liat disana”
katanya memanggil ku sambil matanya di tutup
“ada apa?” tanya ku sambil melihat
kea rah tangan Cindai yang menunjukkan kea rah kelas ku. Aku melihat ada
makhluk yang sedang duduk di depan pintu, sepertinya ku kenal.
“Pak Naga?” kata ku, cindai melihat
ke arahku sambil mengangguk.
“ada apa dia disini?” kata ku polos.
“tolol, ya jelas arawahnya disini,
kan dia mati disini” kata cindai yang membuatku terkekeh. Bener juga apa kata
cindai, kenapa aku bertanya seperti itu ke dia. Aku hanya tersenumyum sendiri.Cindai
melihat kea rah ku dengan pandangan aneh.Ya sudah lah, aku lalu melihat Pak
Naga, aku mencoba mendekatinya.
“Pak…” ucapku hati-hati, sosok
makhluk itu melihat ke arahku dan lalu berhadapan ke depan dengan tatap kosong,
aku lalu menoleh kea rah cindai yang menyuruh ku untuk bertanya tentang
kematinnya.Aku mencoba duduk di samping pak Naga.
“Pak, kenapa bapak disini?” tanya ku
lembut terlihat pak Naga sedang menoleh di hapadan ku.
“aku di jadikan tumbal” katanya yang
membuatku terbelalak. Bukannya dia yang mencari tumbl tapi kenapa malah dia
yang di jadikan tumbal, pertanyaan demi pertanyaan muncul dengan begitu saja.
“hah…?” kataku
“kamu nanti pasti tahu sendiri,
kalian nak pemberani, tapi hati-hati, itu saja pesan bapak” kata Pak Naga lalu
dia pergi entah kemana.Aku beneran bingung dengan kata-kata Pak Naga.Aku coba
merenung, renungan ku terbuyakan akibat Cindai menepuk pundakku untu meneruskan
jalannya.
Saat di perjalanan terlihat seperti
biasa, hantu-hantu yang sering aku lihat waktu sekolah.Cindai terus saja
seperinya berjalan dengan mata ditutup. ‘dasar aneh’ pikir ku sambil ketawa
“Udah ah gas, gak lucu tau bilang
aku aneh” katanya tiba-tiba yang membuat ku tambah tertawa.
Setelah capek di lantai atas aku dan
cindai memutuskan untuk langsung turun ke lantai satu, tempat pak Naga gantung
diri. Saat perjalanan menuju kesana aku sanagt terkejut melihat semua dengan
mataku.Kejadian dimana Pak Naga gantung diri.
“Bagas, aku mulai tak yakin, kita
balik yuk” ajak cindai, tapi berbeda dengan ku, aku ingin melihat seperti apa
pembunuhan pak naga. Tapi kelihatanya Cindai sudah cemberut jadi ku urungkan
niatku untuk melihat itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar