Saya membuat Blog ini dengan tujuan untuk meletakkan hasil karya saya ke pada publik agar bisa bermanfaat bagi yang membacanya

Senin, 01 Juli 2013

Sekolah Berhantu (Part 7)

Sekolah Berhantu 


Sudah dua hari ini Bolu tak menampak kan batang hidung, aku tak tau dia ada di mana, dan setelah kemaren malam aku dan Cindai datang ke sekolahan, semua terjadi baik-baik saja. ‘untunglah’ gumam ku sambil melangkahkan kaki ku menuju kelas.
            “Bagas…! Ayooo cepat” ajak teman sekelas ku yang tak lain yaitu gilang dan josia.Aku mengikuti ajakan mereka, aku tak tahu kenapa tiba-tiba mereka mengejakku seperti itu.Dan akhirnya ku temukan jawabannya.
            “Cindai, kenapa?Angkat dia bawa ke UKS” jerit ku ketka meliah Cindai yang tak sadarkan diri.Tanpa ku pikirkan sekeliling aku membopongnya ke UKS.
            “adub cindai, kenapa sih loe” aku mondar mandir, sambil melihat Cindai terbaring lemah dan di sampingnya sudah ada dokter yang menaganinya, terliah di belakang dokter tersebut.
            “Marni..?” ucapku membatin.
            “iya kenapa? Kalau kamu masih ikut campur masalah ini, bukan hanya kamu yang akan jadi korbannya, tapi juga dia” hantu sailan itu menunjjuan tangannya kea rah cindai, aku shok mendengarnya.Ingin rasanya ku hajar mukannya yang jelek itu. Tapi aku berfikiran disana masih banyak orang, kalau aku sampai berbuat seperti itu, malah akan membuat diriku terancam, aku pun mecoba bertahan dan tak memamndang wajah hantu sialan tersebut.
            Setelah beberapa saat kemudian, Cindai pun tersadar dan dokter tersebut meninggalkan kami berdua, aku mendekatinya, mencoba menayakan apa yang terjadi pada dirinya.
            “kenapa Dai?” tanya ku lembut lalu ku seret kursi yang tadinya di dapan UKS.
            “a..aku… sekarang mengerti semuanya” katanya sambil mengambil minum, sepertinya dia tak mampu menjangkau botol yang ada diatas meja, dan aku pun membantunya.
            “ini…” kataku sembari memebrikan sebotol air mineral.
            “kamu mnegerti semuanya?” tanya ku lagi, dia hanya mengangguk.
            “aku sekarang mengerti dalang dari permasalahan ini, tadi semuanya terlintas di hadapanku, aku tak kuasa memandangnya dan aku pun pingsan” jelasnya lalu meneguk air mineral tersebut.
            “memangnya siapa dalannya?” kataku penasaran
            “Kepala sekolah” katanya, terlihat dari wajahnya yang berhati-hati untuk mengatakannya.
            “maksudnya?” kataku sembari mengerutkan keningku, aku juga penasarn dengan wajah kepala sekoahan ini, solaanya dari awal aku masuk samapi sekarang taka da foto-foto kepala sekolah, Cuma ada wakilnya saja yang setiap 4 tahun seklali ganti.
            “iya, dia dalang semua ini, kepala sekoalh kita itu dulu orang jepang yang yang telah menjajah kita, keturunan dari orang yang memiliki benteng yang didirikan sebelum didirikannya sekolah ini, aku juga baru mengethuinya kalau kepala sekolah kita itu sudah meninggal sejak 25 tahun yang lalu, dan samapi sekarang taka da yang mengantikannya” mendengar pernyataan tersebut aku langsung terbelala kaget bukan main.
            “iya beneran, sudah ku duga ada yang aneh dengan sekolahan ini, dan kepala sekolah itu lah yang mengeuasai ini kawasan disini, seperti marni dan si tangan bunting itu tak berani dengan kepala sekolah itu di karnakan kelapa sekolah kita orang jepang dan lebih jahat dari mereka, selain itu pak Naga salah satu pengikut mereka” jelasnya lagi yang lagi-lagi membuatku kanget.
            “selain itu, disini, pasti saja ada murid perempuan yang meninggal setiap tahunnya, tapi anehnya kematian mereka tak pernah di selidiki siapa yang membunuhnya” katanya lagi.
            “hah..? kataku
            “iya, coba kita liat aja di perpustakaan mungkin kita bisa menemukan jawabanya disana” ajaknya, aku pun salut dengan dia. ‘sorang cewek pemberani’ sambil tersenyum simpul.
            “aku udah dari dulu pemberani” ucapnya sambil tersebyum lagi-lagi aku malu dibuatnya.
***
            Aku pun ingin pergi ke perpusstakaan sendirian tanpa di temani cindai, biarkan dia istirahat di UKS.
            Aku pun memasuki perpustakaan tersebut, terlihat banyak hantu ada disana, melihatku dengan tatapan dinginnya, dan tak ku hiraukan itu, aku mencoba berjalan kea rah yang sepi, saat aku melihat-lihta buku, saking kagetnya aku tak bisa berbicara apa-apa.
            “cindai..” batinku, semakin aneh saja nih anak, padahal jelas-jelas tadi dia tertidur di UKS sekarang sudah ada disini. Cindai sepertinya menyadari kehadiran ku, dia  hanya tersenyum dan menyuruhku duduk disampingnya.
            “kamu sudah lama disini?” tanyaku
            “ngak kok, aku baru aja disini” katanya sambil tersenyum ke arahku, aku tak menanyakannya lebih lanjut. Aku pun mecari buku-buku siswa yang terdahulu.Ku temukan buku yang di sampulnya bernama Cindai.
            “cindai?” tanya ku dalam hati, kelihatanya cindai mengerti langsung merebut bukunya dari gengaman ku.
            “ini buku mama ku” jawabnya dingin lalu di bawanya, padahal aku sangat penasaran dengan isi buku tersebut.
            “kapan-kapan saja kalau aku sudah baca silahkan di buka” katanya sambil tersenyum manis ke arahku, lagi-lagi aku termakan oleh senyum manisnya itu.
            Aku membolak-balik buku peninggalan ‘Mbah Ronald helnd’, siapa dia ya, aku pun mencoba membalikkan lembaran-demi lembaran.Ternyata benar ini kisah dari kepala sekolah ku.
            “cindai,,,” jeritku bahagia sehingga membuat seisi perpustakaan mengalihkan padnagnnya ke arahku.
            “maaf.. maaf” kataku malu, lalu semuanya kembali focus seperti semula. Terliha cindai yang lagi ketawa tersebut
            “ada apa gas?”
            “aku mau tanya, kepala sekolah kita itu namanya siapa?”
            “kalau gak salah pak Ronald, iya pak Ronald helnd”
            “serius?”
            “iya, emnganya ada apa sih gas?”
            “coba lihat ini aku menemukan apa, buku peninggalan mbh Ronald helnd” kataku sumringah sking sennagnya aku tak sadar kalau aku sedang memeluk cindai.
            “ehmm” dia pun mendehem dan aku pun kembali tersadar.
            “eh maaf.. maaf” kataku sambil tersenyum,dan dia mengatakan tidak papa, aku pun membaca halaman demi halaman, menceritakan bahwa kepala sekolah ku itu orang yang sanagt jahat di jamannya, banyak murid-murid sekolah ini dizolimi, semua orang tak berani berhadapan dengannya karena terkenal dia begtu sakti, sampai dia menginjak usia 97 tahun dia masih bebuat seperti itu, guru-guru lainnya taka da yang berani menggantikannay sebagai kepala sekolah taku dia mnegamuk, sampai sekarang pun juga, aku herena sekali dengan kepala sekolah tersebut, dia meninggal dengn kejadian yang aneh, ada yang bilang dia sudah meninggal da nada yang belum, karena kerap guru-guru meliha kepala sekolah itu duduk di ruangannya, dia mengambil murid-murid yang menurutnya dia cantik untuk di jadikan istrinya. Tepatnya sebagai tumbal, Karena murid-murid yang dipilih langsung meninggal.
            “Bagas, sudah bacanya?” tanya cindai, yang membuat ku mulai kaget.
            “biar aku bawa aja deh bukunya” kata ku sambil berjalan ke rah keluar, di saat perjalanan sekarang aku sudah mulai mengerti, apa misteri di sini, kenapa banya pembunuhan tersini bagaimana aku mengakhiri semua ini?” gumam ku
            “bisa saja, kita turutin aja keinginan dari kepala sekolah kita” kata cindai
            “apa ya?”
            “aku tau gas, mungkin saja dia mennginginkan di kuburkan dengan layak” kata cindai, menurutku wanita yang ada di samping ku sangat misterius. Tapi mungkin saja ini semua hanya fikiranku.
***
            Kalau memang mungkin itu kepala sekolah itu mati dan jasatnya belum ditemukan, dimana jasatnya tersebut.
            “aduh jadi pusing sendiri aku” kataku sambil menggaruk-garuk kepalaku, mungkin saja di ruangannya.
            Nanti malam akan ku ungkap semuanya, aku udah capek di hantui sama hantu-hantu jelek seperti itu, spertinya ngajak Cindai lebih seru.
            “Bolu, kamu dimana sih?” erangku sambil melemparkan polpoin ku ketempat sampah.
            Iyap, sudah 4 hari ini aku tak menemui Bolu, dimana dia sekarang, sungguh membuat ku kesepian bila melakukan ini tanpa kehadiran si Bolu.Pikian ku masih ke pak sekolah yang mati secara misterius tersebut.
            Sepertinya benar apa kata cindai, mungkin saja pak kepala sekolah itu, mati secara tiba-tiba dan tak ada yang mengethuinya, karena kebiasaan sewaktu dia masih hidup dengan memperbudak anak perempuan sehingga membuatnya menjadi kebiasaan sampai ia sudah meninggal.
            “kamu pinter banget gas” kata makhluk yang taka sing lagi hinggap di atas kepalaku.
            “Bolu…? Kemanaj aja kamu?” kata ku sambil
            “ada hal yang aku urus, tapi kamu pinter banget sudah mengungkap semua misteri, tinggal langkah terakhir” katanya sambil menghilang lagi. Antara gelisah dan seneng karena kehadiran Bolu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar